Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Panjang Umur Pak Jaya, Janganlah "Mati" untuk Ketiga Kalinya

15 Agustus 2021   03:34 Diperbarui: 15 Agustus 2021   11:34 1066
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Panjang Umur Pak Jaya, Janganlah "Mati" untuk Ketiga Kalinya (rmolbanten.com)

Makassar 13 Agustus 2021.

Pagi ini saya terhenyak. Sebuah berita duka hinggap ke gawaiku.

"Jaya Suprana. Tadi pagi jam 4.30. MENINGGAL DUNIA. Beliau dirawat di RS. Sulianti Saroso. Sunter. Terpapar Covid-19. Dirawat hampir 1 bulan. Jenasah masih di RS."

Setelah saya cek, kredibilitas sang pengirim berita cukup terpercaya. Ia termasuk teman yang pandai menyaring berita.

Insting jurnalisme-ku langsung muncul. Berusaha tidak gegabah, cara yang terbaik tentunya mengecek sumber berita di media online. Hasilnya nihil!

Masih belum puas, saya pun mengecek langsung ke sepupu Jesslyn Julia Gunawan. Ia adalah seorang pianis dan murid langsung dari Jaya Suprana. Pernah konser bareng di mancanegara.

Taklama kemudian, saya menerima kabar darinya. Sebuah foto yang diunggah langsung oleh Jaya Suprana;

Dokpri. Sumber: Melalui pesan Whatsapp
Dokpri. Sumber: Melalui pesan Whatsapp

Syukur alhamdulilah, beliau masih sehat.

Semakin lama semakin menjadi. Berita yang sama beredar di berbagai grup WA. Saya pun sibuk membalas sanggahan dengan mengirim berita dari keluarga Jaya Suprana.

Percakapan dengan Dr.Ponijan, guru Public Speakerku pun berlangsung singkat. "Semoga beliau panjang umur, ya Koh," Ujarnya.

Rasanya, ini frasa yang tidak asing lagi. Setiap orang yang dikabarkan meninggal selalu dianugrahi usia panjang. Entahlah, tidak ada pembuktian ilmiah terkait hal ini.

Meminjam istilah dari Pak Jaya sendiri, Kelirumologi. Jadi, tidak perlulah kita perdebatkan mengapa demikian. Ojo Dumeh...

Untuk itu, maka (mungkin) primbon pun (bisa) disahkan. Apa yang biasanya dimimpikan, konon artinya terbalik.

"Ketika mimpi diri kita meninggal, artinya kita diberi berkah kesehatan untuk hidup lebih lama." Ini salah satu contoh kutipan primbon.

Bisa juga karena teori Yin-yang. Apa yang tampak, belum tentu itu yang benar. Untuk yang satu ini, alasanologi terasa paling cocok untuk mendeskrispsikannya.

Tersebab segala sesuatu yang terjadi, pasti punya alasan. Apalagi kalau sudah masuk ke ranah Tiongkok Kuno. Janganlah melawan leluhur jika tidak mau kuwalat.

Secara psikologi, bisa juga sebagai pelipur lara. Jelas orang yang mimpi buruk, jika ditakut-takuti bisa bikin sakit jantung. Namanya juga manusia, pasti punya empati.

Kalau versi mama beda lagi. Katanya jika ada orang lain yang "membocorkan" bahwa kita sudah mati, maka malaikat pencabut nyawa akan lari ketakutan.

Mengapa? Terkait sumpahnya untuk merahasiakan kematian. Jadi, jika ada yang bocor. Dipastikan sang Malaikat tidak akan melaksanakan tugasnya dengan tentram.

Untuk yang satu ini, humorologi-lah yang paling tepat. Janganlah dianggap terlalu serius.

Apa pun itu, demikianlah yang terjadi...

Kembali kepada Jaya Suprana dan Hoax Kematiannya. Saya sih tidak pernah bertemu dengan beliau, meskipun bergelar sebagai pemegang rekor MURI.

Lantas pagi ini saya kembali mendapatkan kiriman dari mamanya Jesslyn. Terkait pengakuan Jaya Suprana di Kompas.com.

Ternyata beliau mengatakan jika ia sudah dua kali "mati" dalam kurun waktu sebulan saja. (Yang pertama pada tanggal 07 Juli 2021).

Menurut Jaya, pemberitaan ini punya keuntungan. Orang yang sudah benar-benar mati tentu tidak bisa merasakan empati dari kawan-kawan sekitar.

Sementara sang maestro yang masih hidup ini bisa merasakan kesedihan yang terjadi. Siapa sih yang benar-benar nangis, dan siapa yang merasa senang karena utangnya bisa dilupakan.

Pun halnya dengan kawan-kawan yang benar termakan hoax. Tentunya sedih akan datang menyelimuti. Setelah ketahuan orangnya masih hidup, bertambahlah rasa sayangnya.

Dengan demikian, maka doa panjang umur akan dipanjatkan. Lagi-lagi, malaikat pencabut nyawa serasa dighosting.

Nah, bagaimana dengan penyebar berita hoax? Baik yang memulai maupun yang mengahiri. Malumologi bisa jadi istilah. Tidak perlu IQ setinggi Habibie; Malulah kalau ketahuan boong.

Sebagaimana jawaban kawan saya, ketika saya membalasnya dengan menjelaskan kehoaxan berita.

"Ya, makanya saya tanyakeun..." Balasnya. Untuk yang satu ini, kelirumologi, alasanologi, dan malumologi bercampur jadi satu.

Tapi, bukan humorologi tentunya. Sebabnya beliau pantas dihormati.

Untungnya saya masih mengingat malu. Perasaan getir gegara bibir ini memang punya efek ketir.

Mereka yang masih punya malu, tentu tahu dengan istilah malu-maluin. Alias kalau sudah malu, jangan dilakuin lagi.

Mereka yang tidak mengenal malu, bisa saja tidak mengenal kemaluan. Bahaya jika daleman tidak dikenakan.

Saya tidak bisa membayangkan jika Pak Jaya mendapat hoax yang sama untuk ketiga lainya. Usia beliau mungkin akan lebih panjang dari Mbah Arjo (193 tahun).

Tapi, biarlah itu terjadi. Paling tidak saya masih punya cukup banyak waktu untuk bertemu beliau. Semoga pandemi segera berlalu (entah kapan).

Mengutip pernyataan Pak Jaya, "Lebih mudah pura-pura hidup ketimbang pura-pura mati."

Saya pun ingin melanjutkan, "Pura-pura hidup itu pepesan kosong. Pura-pura mati bisa bikin bengong."

Mengapa? Terkait dengan teori angka Kamasutra yang sering aku besut di Kompasiana. Nah, agar bisa selalu "hidup," minumlah Jamu Jago!

Panjang umur Pak Jaya, Janganlah engkau "mati" untuk ketiga kalinya.

SalamAngka

Rudy Gunawan, B.A., CPS

Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun