Tapi, bukan humorologi tentunya. Sebabnya beliau pantas dihormati.
Untungnya saya masih mengingat malu. Perasaan getir gegara bibir ini memang punya efek ketir.
Mereka yang masih punya malu, tentu tahu dengan istilah malu-maluin. Alias kalau sudah malu, jangan dilakuin lagi.
Mereka yang tidak mengenal malu, bisa saja tidak mengenal kemaluan. Bahaya jika daleman tidak dikenakan.
Saya tidak bisa membayangkan jika Pak Jaya mendapat hoax yang sama untuk ketiga lainya. Usia beliau mungkin akan lebih panjang dari Mbah Arjo (193 tahun).
Tapi, biarlah itu terjadi. Paling tidak saya masih punya cukup banyak waktu untuk bertemu beliau. Semoga pandemi segera berlalu (entah kapan).
Mengutip pernyataan Pak Jaya, "Lebih mudah pura-pura hidup ketimbang pura-pura mati."
Saya pun ingin melanjutkan, "Pura-pura hidup itu pepesan kosong. Pura-pura mati bisa bikin bengong."
Mengapa? Terkait dengan teori angka Kamasutra yang sering aku besut di Kompasiana. Nah, agar bisa selalu "hidup," minumlah Jamu Jago!
Panjang umur Pak Jaya, Janganlah engkau "mati" untuk ketiga kalinya.
SalamAngka