Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cerpen Kisah Nyata: "Mari" Tidak Bisa Lagi Menangis

13 Agustus 2021   19:27 Diperbarui: 14 Agustus 2021   06:19 1382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manusia tikus berada di sana, melotot dengan matanya yang berwarna merah. Darah yang mengucur langsung lenyap bersama sobekan kain berwarna merah.

Nomoto ingin bermain. Ia hendak berlari ke arah kerumunan sahabat barunya. Tapi, manusia tikus sudah membawanya pergi.  

Ia berjalan menuju sarangnya. Rumah tikus penuh dengan mainan. Anime dan manga yang isinya menjijikkan.

Nomoto ingin berteriak, tapi suaranya lebih pelan dari embun pagi yang menguap. Sang manusia tikus haus. Ia ingin minum. Darah yang mengucur laksana sirup baginya.

Manusia tikus lapar. Ia bisa memasak. Tapi, bukan makanan yang disukai anak-anak. Orangtua pun akan berteriak. Melihat buah hatinya disajikan kepada setan. 

Tapi, Nomoto tidak menangis.

Ia tahu jika kelak manusia tikus akan muntah. Oleh perbuatannya yang melawan takdir semesta.

Nomoto masih di sana. Memandang ke arah Mari dan para sahabatnya. Menunggu sang manusia tikus menjilat tangannya.

Nomoto tak lagi peduli. Kendati beberapa saat yang lalu, sang manusia tikus telah menyantap dirinya.

Ia hanya peduli dengan teman barunya. Yang konon akan segera naik pesawat berwarna dan wangi. Menuju pelangi, mencari kurcaci.

Di surgalah keempat gadis kecil ini akan menuju. Meninggalkan ayah bunda yang menangis terharu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun