Manusia tikus berada di sana, melotot dengan matanya yang berwarna merah. Darah yang mengucur langsung lenyap bersama sobekan kain berwarna merah.
Nomoto ingin bermain. Ia hendak berlari ke arah kerumunan sahabat barunya. Tapi, manusia tikus sudah membawanya pergi. Â
Ia berjalan menuju sarangnya. Rumah tikus penuh dengan mainan. Anime dan manga yang isinya menjijikkan.
Nomoto ingin berteriak, tapi suaranya lebih pelan dari embun pagi yang menguap. Sang manusia tikus haus. Ia ingin minum. Darah yang mengucur laksana sirup baginya.
Manusia tikus lapar. Ia bisa memasak. Tapi, bukan makanan yang disukai anak-anak. Orangtua pun akan berteriak. Melihat buah hatinya disajikan kepada setan.Â
Tapi, Nomoto tidak menangis.
Ia tahu jika kelak manusia tikus akan muntah. Oleh perbuatannya yang melawan takdir semesta.
Nomoto masih di sana. Memandang ke arah Mari dan para sahabatnya. Menunggu sang manusia tikus menjilat tangannya.
Nomoto tak lagi peduli. Kendati beberapa saat yang lalu, sang manusia tikus telah menyantap dirinya.
Ia hanya peduli dengan teman barunya. Yang konon akan segera naik pesawat berwarna dan wangi. Menuju pelangi, mencari kurcaci.
Di surgalah keempat gadis kecil ini akan menuju. Meninggalkan ayah bunda yang menangis terharu.