Namun, bukannya senang. Wei-gu justru merasa bersalah. Untuk melupakan kejadian tersebut, ia pun pergi meninggalkan Songcheng dan bersumpah tidak pernah lagi menginjakkan kakinya di sana.
Dalam perjalanan hidupnya, Wei-gu selalu berpetualang mencari jodoh. Para gadis cantik dari keluarga bangsawan, para wanita ayu dari kaum terpelajar, semua menolaknya.
Hingga suatu hari Wei-gu akhirnya mendapat jabatan di kota Xiangzhhou, Guandong. Ia telah berusia 30 tahun dan masih jomlo!
Atasannya adalah Gubernur. Ia mempunyai seorang putri yang cantik. Sang gubernur sangat terpesona dengan Wei-gu. Ia pun memutuskan untuk menjodohkannya dengan sang putri.
Wei-gu jelas senang bukan kepalang. Ditolak gadis bangsawan, disanggah wanita terpelajar, ia akhirnya mendapatkan putri Gubernur.
Ia pun menikah. Sayangnya, setelah beberapa saat menikah, sang istri tidak pernah membuka kain penutup pundaknya. Wei-gu pun akhirnya mendesak sang istri. Ternyata di pundaknya ada bekas luka.
Sang istri kemudian mengisahkan. Sebenarnya ia adalah putri seorang pejabat kabupaten kota Songcheng. Sewaktu ia berusia 3 tahun, ayah dan ibunya meninggal. Â Ia kemudian dirawat oleh ibu asuhnya yang berjualan sayur di pasar untuk memenuhi kebutuhan.
Bekas luka di pundaknya adalah bekas tusukan dari seorang lelaki tidak dikenal di sebuah pasar. Untungnya ia tidak meninggal.
Setelah kejadian tersebut menjadi heboh, barulah sang istri diadopsi oleh seorang pria yang kini menjadi Gubernur kota Xiangzhhou.
Wei-gu pun kaget. Ia masih belum yakin dengan kisah istrinya. Ia lantas menanyakan ciri khas ibu asuh istrinya.
"Apakah matanya buta sebelah?" Tanya Wei-gu
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!