Bagaimana pun, tetap pokok permasalahannya berasal dari perbedaan selera literasi. Sudah dijelaskan dengan gamblang oleh si Engkong; Pramilenial suka stensilan, sementara Millinial Plus suka komik Hentai.
Jelas gak nyambung. Budaya literasi stensilan butuh imajinasi, sementara hentai hanya butuh maskerbasi. (baca: agar tidak dicabut labelnya).
Namun, sepertinya selera sudah bermutasi. Tidak heran jika si SC selalu bertenger di puncak penerima K-Rewards. Admin pun lebih suka gadis anime ketimbang stensilan tak bergambar.
Perolehan K-Rewards si SC memang bikin ngiler. Empat jutaan sebulan. Melebihi cuan Acek jualan headset limapuluh ribuan sekontainer.
Perdebatan manga dan mangga pun jadi seru. Tidak heran banyak yang bilang; "Aku tak butuh duit, yang penting tulisanku banyak dibaca." Eh... Â
Tapi, Acek tetap tenang. Seperti kata Engkong. Menulis palugada khas pedagang glodok yang masih pake simpoa.
Terkait selera pembaca, stensilan dan hentai ada masanya. Tapi, Kamasutra is forever. Dibutuhkan oleh Kners Pramilenial yang sudah mulai layu, dan juga para Millenial Plus yang mesin bor-nya masih butuh penyaluran.
Dua saran bijak terkait hal ini;
"Wahai Millenial Plus, kenikmatan fisik bukanlah segalanya, cinta berkualitas adalah abadi selamanya."
"Wahai Pramillenial, cinta abadi memang terpuji, tapi anulaki masih harus sering-sering diuji."
Nah, ini adalah contoh palugada. Tergantung bayaran, siapa pun bisa benar.