Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Ini 7 Kategori Kompasianer yang Dijamin Tidak Akan Dapat Label AU

29 Juli 2021   17:48 Diperbarui: 29 Juli 2021   18:09 617
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ini 7 Kategori Kompasianer yang Dijamin Tidak Akan Dapat Label AU (kompasiana.com)

Perasaan saya tersayat-sayat setiap kali membaca tulisang Engkong (baca: Felix Tani). Bukan pada isinya yang sambit sana, bacok sini. Tapi, pada kolom komentar.

Adalah Pak Tjiptadinata. Siapa yang tak kenal beliau. Dedengkot K, panutan milenial, dan seniornya kolonial.

"Saya sudah setahun tidak dapat label AU, tetap saja menulis."

"Saya sudah ribuan artikel, dulu sering AU, sekarang sudah kalah sama penulis muda."

Ini dua kutipan yang bikin bawang takada apa-apanya. Hati tersayat, wajah pucat, dan tubuh serasa di akhirat.

Perasaan ini hanya bisa disaingi oleh tomat Mba Ari B. "Kirim pertanyaan dengan santun, hanya dua centang biru tanpa balasan."

Pun saya heran dengan perilaku Engkong Felix. Sambit sana, bacot sini. Harusnya bisa perkasa jika yang dihadapi hanya Mimin K seorang diri.

Lagipula, ia sudah mendapat jimat kebal dari Acek Rudy. Itu sudah dibuktikan oleh omongan Pak Tjiptadinata;

"Hanya Pak Felix yang punya kesaktian, merisak Admin K tanpa dicabut labelnya," demikian ujar Pak Tjip.

Entah apa yang terjadi dengan Engkong. Reputasinya hancur dalam waktu semalam. (Malam sebelumnya masih bisa ngenceng).

Ia yang terkenal perih mengomentari, kini sedih menghampiri.

Rasa ibanya muncul dengan para Mimin K yang berjibaku melawan kantuk, menghindari salah ketuk. Perut berisi mi instan 15 mangkuk, menahan mata yang terkantuk-kantuk.

Artikel tip dan cara adalah selera, jadilah Spoiler sebagai tren pekan ini. Sebabnya rasa kantuk dan lapar memang berat. Tip dikira spoiler, anime dikira kue bruder.

Para pengejar AU pun bingung, mengapa tulisan sudah jadi AU, masih saja fakir keterbacaan? Itu jelas gegara Steven.

Anak muda taktahu diri ini sudah merasuk Kompasiana dengan "radikalisme literasi." Monkey bisa bicara, One piece butuh 28 tahun, hingga Lolicon yang bisa diajak kawin.

Kembali kepada komen Pak Tjipta. Tidakkah Anda merasa ada perih yang mendalam? Mikir AU udah lemas, K-Rewards pun ilang tak berbekas.

Sebenarnya para Kompasianer harus memaklumi. Jatah AU tak sebanyak tulisan yang masuk di kanal.

Tiga hingga empat ratus tulisan berbanding 12 yang terbaik. Namun, disinilah letak masalahnya. Banyak yang tidak nerimo.

Tuduhan pun melayang. Dari Daleman, hingga pilih kasih menjadi isu terkini. Lebih parah lagi, disebutkan jika selera Mimin rendah.

Nah, daripada repot-repot memikirkan tulisan mana yang bisa jadi AU, saya akan bahas kategori Kompasianer mana yang tidak bisa AU. Mari kita simak;

Pertama, yang tulisannya buruk

Ini jelas salah. Tidak ada yang mengakui jika tulisannya itu buruk. Bahkan Ridho Permana yang tulisannya dihujat orang senegara, masih tidak buruk. Buktinya, lolos kurasi.

Jadi, untuk menetralkan istilah buruk, saya pakai saja kata "tulisan yang jelek." Nah, para dokter berada di kategori ini.

Hubungannya apa? Tidak apa-apa, kan hanya teori konspirasi semata.

Kedua, penganut paham anti AU

Mereka yang tidak mau mengikuti selera mimin. Mereka yang mau menulis dengan idealisme. Tidak peduli populer atau monokuler, pokok e tulis.

Jelas tidak akan jadi AU lah. Tersebab mereka hanya bercerita tapi tidak menjelaskan caranya dan tipnya.

Bayangkan jika yang dibahas bertema Kamasutra. Tidak pakai tip dan cara. Jelas persis seperti artikel ngangkang si Ridho Permana. Pantesan tidak AU.

Ketiga, seniornya gak ketulungan

Perlu diperhatikan. Ada dua jenis senior di sini. Yang berusia senior dan penulis senior.

Penulis senior adalah mereka yang terus menulis apa pun konsekuensinya. Mereka hanya suka menulis. Gak dikasih label tetap jalan. Mau dicabut label pun tetap aman.

Penulis senior kedua adalah yang usianya senior (sedikit lebih tua dari Engkong). Nah, konon admin K sekarang adalah para milenial.

Jadi, cobalah berimajinasi. Engkong ketemu cucu, siapa yang diomelin? Itulah nasib Mimin K.

Kedua senior ini jelas tidak akan pernah dapat AU. Satu karena legowonya, yang satu lagi gegara cerewetnya.

Admin juga manusia, tahu!

Keempat, yang suka Nyinyir

Versi Engkong Felix, nyinyir tidak sama dengan kenthir. Bedanya adalah karena unsur Engkong-nya sendiri.

Jika Engkong hadir, maka itu kenthir. Jika Engkong bobok, teman seperpesanannya jadi nyinyir.

Nyinyir itu juga suka menyinggung Mimin K yang sudah kenyang makan asam sachetan. Mau dalam bentuk tulisan, kolom komentar, atau via pesan pribadi.

Hasilnya pun tidak memuaskan. Misuh-misuh sendiri gegara tidak dijawab. Bagaimana mau dijawab? Mi instan saja belum habis diseruput.

Kelima, yang suka ilang-iilang

Jenis ini banyak alasannya. Mulai dari ilang signal hingga ilang filing (ilfil). Masalahnya susah membedakan yang filingnya ilang dan yang K-Rewardsnya tekor.

Tapi, jenis Kompasianer ini sering masuk jebakan betmen. Kalau mereka muncul, dijamin tulisannya bakal jadi AU.

Semacam pesan terselubung, "nulis lagi dong, say. Aku merindukanmu, beib." Uhuyyyy

Keenam, penulis tomat

Ini tidak merujuk kepada Kompasianer Ari B. Pencinta puisi tomat ini akan selalu berproduksi. Ia bak matahari yang memancarkan sinarnya, tak pernah lelah. (Agak sedikit perih bagi Mimin K).

Yang aku maksud di sini adalah akronim To-Mat: Sudah tobat, kumat lagi.

Lama tidak AU, masuklah tulisan ilmiah. Ditata dengan kemingrisan, dan juga tidak lupa tip dan cara.

Judulnya; "3 Cara Sehat jika Body Not Delicious."

Setelah jadi AU, muncullah artikel kedua;

Judulnya: "Dari Kankung Stres ke Ampuhnya Lidah Mertua." Dua seri pula.

Ketujuh, yang mau kudeta

Jelas tertuduhnya hanya satu; Kompasianer Al Pepeb alias Professor Pebrianov. Tapi...

"Dari sudut gelandang menyusul Engkong Felix, memberi umpan tajam, dan Gooolllll!"

Tahu kan kenapa artikel politik sekarang sering dibredel? Tersebab Mimin K sedang meredam suasana politik yang tidak kondusif di tubuh Kompasiana.

Jelas kudeta adalah aksi yang buruk. Menyerupai teori Machiavelli: Menggoyang kekuasan konstitusional secara terang-terangan.

Saya juga setuju, bagi mereka yang ingin mengkudeta Mimin, janganlah dikasih hati. Jangan pernah memberikan mereka label AU. Itu hanya akan menambah popularitas mereka hingga pemilihan admin 2222 nanti. Bahaya!

**

Nah, kalau mau tulisanmu tidak jadi AU, janganlah menjadi salah satu dari ketujuh Kompasianer ini.

Mereka tidak baik, dan juga tidak pantas diapresiasi.

Kalau mau tulisanmu AU, tetaplah setia pada Cara dan Tip. 

Ada yang merasa? Ada yang tersinggung? Ada yang penasaran? Siapakah yang masuk dalam ketujuh kategori ini?

Hanya satu diantara 400.000 Kompasianer, dan ia adalah...

 

SalamAngka

Rudy Gunawan, B.A., CPS

Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun