Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Miris! Berbagai Kasus Pelecehan Seksual Menjelang Olimpiade

26 Juli 2021   06:07 Diperbarui: 26 Juli 2021   06:15 984
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelum Olimpiade berlangsung, kabar mengejutkan datang dari AS. Pesenam Aly Raisman mundur dari ajang akbar ini.

Tentunya ini adalah pukulan bagi AS. Aly adalah pengumpul tiga medali emas selama karirnya di Olimpiade.

Keputusan diumumkan, Aly adalah korban pelecehan seksual oleh Larry Nassar. Ia adalah dokter resmi tim Olimpiade AS.

Kasus ini pertama kali mencuat pada tahun 2017. Nassar dijatuhkan hukuman 175 tahun penjara.

Hampir 150 wanita bersedia menjadi saksi terbuka. Ini belum termasuk 100an korban lainnya yang tidak bersedia bersaksi.

Yang lebih mencengangkan tiga korbannya termasuk peraih medali emas olimpiade. Selain Aly Raisman, juga Kayla Maroney dan Gabby Douglas.

Semua dilakukan Nassar selama hampir 30 tahun berkarir di USA Gymnastics Federation.

**

Belum juga selesai dengan kasus Nassar, dunia senam AS kembali dihebohkan dengan tewasnya mantan pelatih senam Olimpiade AS, John Geddert.

Ia bunuh diri beberapa jam setelah dituduh melakukan pelecehan seksual dan perdagangan manusia pada Kamis 25.02.2021.

Karir Geddert cukup berkilau. Menyumbangkan emas di Olimpiade 2012 dan 2016. Sayangnya ia juga harus menerima 20 dakwaan pelecehan seksual kepada banyak atlit perempuan muda.

Reputasinya sebagai pelatih berkelas ia gunakan untuk menghipnotis korban dan juga keluarganya. 

**

Ternyata bukan hanya di AS, di Jerman, seorang pelatih senam, Gabriele Frehse diberhentikan dengan tidak terhormat menjelang Olimpiade Tokyo 2020. Tuduhannya, melakukan pelecehan kepada atlitnya.

Korbannya sekitar dua belas orang pesenam, termasuk peraih emas di Kejuaraan Dunia 2017, Pauline Schaffer.

Namun, Frehese tidak melakukan pelecehan seksual. Pelatih berusia 61 tahun ini ditenggarai melakukan pelecehan verbal dan kekerasan psikolgis. Salah satunya adalah memaksa atlet mengonsumsi obat tanpa resep dokter.

**

Sejumlah atlit senam di Australia juga memberikan laporan yang sama. Mereka melaporkan mendapat berbagai jenis kekerasan, pelecehan seksual, ancaman verbal, hingga penyiksaan fisik yang terjadi selama bertahun-tahun secara sistematis.

Salah satu yang mencuat adalah kasus Yasmin Collier. Ia mengaku disuruh telanjang di hadapan pelatihnya, demikian juga dengan terapis yang merawatnya.

Yasmin menolak, tapi ia tak berdaya. Otoritas terlalu kuat baginya dan juga prestasinya.

Olahraga senam di Australia memiliki 321.000 atlet. Sekitar 77 persen adalah perempuan, dan 91 persen berusia di bawah 12 tahun.

Faktor usia membuat mereka rentan mengalami kekerasan. Kekerasan verbal sudah biasa. Penyiksaan fisik terasa normal.

Seorang atlit berusia 11 tahun, mengatakan jika ia dipaksa menjalani serangkaian latihan fisik yang keras dan diet yang tidak sehat. Semuanya demi kemenangan dalam berbagai ajang kompetisi.

Jenkins, Ketua Tim Penyidik Komisi HAM Australia mengatakan jika Klub Senam Australia menghalalkan segala cara untuk menang.

Jika medali telah diperoleh, pembenaran atas penyiksaan dan pelecehan pun terjadi. Apabila ada protes, para atlit sisa diusir dan dianggap tidak kompeten. Menanggung malu, memangku aib.

**

Melirik lebih jauh lagi, ternyata senam bukan satu-satunya.

Pada tahun 2010, Andy King, pelatih renang asal AS divonis 40 tahun penjara. Ia didakwa melakukan pelecehan seksual dan perkosaan selama lebih dari 30 tahun.

Salah satu korbannya, bahkan harus melakukan aborsi. Padahal sang gadis baru berusia 14 tahun. Kasus King hanyalah satu dari sekitar 100 pelatih renang AS yang kedapatan melakukan pelecehan selama karir melatih.

Pada tahun 2019, beberapa atlit ski es Korea Selatan juga mengaku menerima pelecehan seksual dari para pelatih.

Bahkan Shim Suk-hee, peraih dua medali emas Olimpiade mengaku jika ia telah diperkosa berulang-ulang kali oleh mantan pelatihnya.

Menyusul pengakuan Shim Suk-hee, beberapa atlit putri dari cabang olahraga lainnya juga angkat suara. Mulai dari gulat, taekwondo, hingga judo.

Jepang juga demikian, Human Rights Watch (HRW) mengungkapkan laporan dari 381 responden, sekitar 69 orang mengaku pernah mengalami kekerasan fisik. Lima diantaranya bahkan pernah diperkosa.

"Selama beberapa dekade, anak-anak Jepang telah diperlakukan secara brutal demi trofi dan medali," ungkap Minky Worden dari HRW.

Apa yang dilaporkan masih merupakan puncak gunung es. Ini belum termasuk negara komunis yang tertutup dengan sejumlah atlit senam yang berprestasi. Ditenggarai mereka juga menggunakan pola pelatihan yang sama. 

Apa yang Terjadi?

Dalam 20 tahun terakhir, setidaknya 368 atlit senam di AS mengalami pelecehan seksual yang dilakukan oleh 100 orang dengan profesi berbeda. Mulai dari pelatih, dokter, hingga pemilik sasana.

Indianapolis Star, salah satu media di AS pernah melakukan investigasi atas kasus ini. Mereka menemukan beberapa fakta;

Cuci Tangan Federasi Induk, USA Gymnastic

Berbagai tindakan pelecehan sebenarnya telah dilaporkan oleh atlit senam AS. Namun, tidak ada tindak lanjut yang berarti dari USA Gymnastic. Apalagi sampai ke tangan polisi.

Beberapa pelatih memang dipecat, tapi mereka tidak kehilangan izin melatih. Akibatnya, aksi pelecehan masih saja berlanjut.

Cuci Tangan Pemilik Sasana

Jika kasus menjadi besar, resiko akan menjadi berat. Pemilik sasana lebih senang menutup mulut daripada kehilangan peminat. Nama yang tercoreng juga membuat mereka berpotensi kehilangan sponsor.

Cuci Tangan Sesama Atlit

Sebagian atlit menerima perlakuan tidak menyenangkan karena memang tidak paham. Usia mereka mungkin masih terlalu kecil.

Tapi, atlit yang sudah cukup dewasa kerap juga merasa tidak berdaya. Keinginan untuk menjuarai kompetisi telah membungkam suara mereka.

Tentunya, USA Gymnastic membantah semua tuduhan. Mereka berkata telah melakukan berbagai cara untuk melindungi diri mereka.

Namun, mereka juga berdalih tidak mengungkapkan kasus-kasus pelecehan tersebut. Tersebab menjaga reputasi atlit, cabang olahraga, hingga negara.

Bagaimana dengan Indonesia

Syukurlah Ika Yulianti Ketua Umum PB Persani telah mengambil langkah preventif. Ia mengatakan jika PB Persani telah mengedukasi semua Pengurus Provinsi untuk ikut mengawasi kinerja pelatih.

Sanksi juga diberlakukan. Tidak hanya untuk pelecehan seksual, tapi juga perbuatan, ucapan yang menjurus kepada kekerasan lainnya.

Sayangnya, dunia senam Indonesia pernah tercoreng. Pada perhelatan SEA Games di Filipina, 2019 lalu, seorang atlit senam berinisial SAS dipulangkan.

Alasannya karena indisipliner dan tidak lagi perawan. Entah apa yang ada dalam pemikiran sang pelatih. Yang jelas SAS shok dan menanggung malu sehingga tidak ingin masuk sekolah lagi.

Menurut Ayu, ibu SAS, tidak ada bukti yang mendasar, dan tidak ada pemeriksaan medis.

PB Persani sendiri telah mengambil tindakan tegas. Pelatih tersebut diberikan sanksi dan lisensi kepelatihannya juga akan dicabut.

Sementara Kemenpora sendiri mengaku prihatin. Dalam rilisnya, mereka membantah isu bahwa SAS dipulangkan karena alasan tidak perawan.

"Yang benar adalah masalah prestasi, bukan urusan cek keperawanan," pungkas Gatot S. Dewabroto, dikutip dari sumber (kompas.com)

Jelas apa yang dilakukan oleh sang pelatih juga adalah bentuk pelecehan seksual. Sungguh sangat disayangkan.

Di tengah-tengah prestasi olahraga Indonesia yang belum terlalu baik, isu ini harus muncul di permukaan.

Semoga ini menjadi yang pertama dan juga terakhir.

Referensi: 1 2 3 4 5 6

SalamAngka

Rudy Gunawan, B.A., CPS

Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun