Faktor usia membuat mereka rentan mengalami kekerasan. Kekerasan verbal sudah biasa. Penyiksaan fisik terasa normal.
Seorang atlit berusia 11 tahun, mengatakan jika ia dipaksa menjalani serangkaian latihan fisik yang keras dan diet yang tidak sehat. Semuanya demi kemenangan dalam berbagai ajang kompetisi.
Jenkins, Ketua Tim Penyidik Komisi HAM Australia mengatakan jika Klub Senam Australia menghalalkan segala cara untuk menang.
Jika medali telah diperoleh, pembenaran atas penyiksaan dan pelecehan pun terjadi. Apabila ada protes, para atlit sisa diusir dan dianggap tidak kompeten. Menanggung malu, memangku aib.
**
Melirik lebih jauh lagi, ternyata senam bukan satu-satunya.
Pada tahun 2010, Andy King, pelatih renang asal AS divonis 40 tahun penjara. Ia didakwa melakukan pelecehan seksual dan perkosaan selama lebih dari 30 tahun.
Salah satu korbannya, bahkan harus melakukan aborsi. Padahal sang gadis baru berusia 14 tahun. Kasus King hanyalah satu dari sekitar 100 pelatih renang AS yang kedapatan melakukan pelecehan selama karir melatih.
Pada tahun 2019, beberapa atlit ski es Korea Selatan juga mengaku menerima pelecehan seksual dari para pelatih.
Bahkan Shim Suk-hee, peraih dua medali emas Olimpiade mengaku jika ia telah diperkosa berulang-ulang kali oleh mantan pelatihnya.
Menyusul pengakuan Shim Suk-hee, beberapa atlit putri dari cabang olahraga lainnya juga angkat suara. Mulai dari gulat, taekwondo, hingga judo.