Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Spoiler One Piece: Acek Rudy Belajar Anime dari Steven, Enteng!

25 Juli 2021   08:42 Diperbarui: 25 Juli 2021   08:43 569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Acek Rudy penulis rakus. Angka sudah bosan, Kamasutra tidak lagi menawan. Ia sudah mendapat cap sebagai penulis senior. Tapi, bukan prestasi, melainkan usia.

Acek Rudy tidak terima. Usia bisa 50an, tapi semangat harus 20an.

Namun, tulisannya tidak lagi jadi ranking pertama sebagai penerima K-Rewards. Ada Steven Chaniago, anak muda yang suka bahas One Piece.

Tulisannya selalu mendulang puluhan ribu pembaca. Siapa pun ta'bene-bene (liuran, bahasa Makassar).

Acek Rudy tidak mau kalah. Menulis anime harusnya mudah. Di masa ia masih muda, Candy-candy adalah idolanya. Sering dibawa bobok sebelum tidur.

Masa sih, menulis anime tidak bisa?

Untuk itu, maka ia pun menghubungi Steven. Malam itu, Steven sedang tidak bisa bobok. Cuaca sedang panas, tapi hatinya adem.

Tersebab lembaran ratusan ribu hasil nulis One Piece ia jadikan kipas. Steven membayangkan apa lagi yang bisa ia beli dari duit Kompasiananya.

"Steve, gimana sih caranya nulis anime?" Demikian suara Acek Rudy yang penuh wibawa dan intimidatif dari ujung seberang.

Steven panik menjawab telpon. Tersebab yang menelpon adalah Kompasianer senior. Sekali lagi, usia, bukan prestasi.

"I...iya, Acek." Demikian jawab Steven terbata-bata.

Anak muda ini emang harus diacungin jempol. Tapi, jurus kamasutranya masih jauh. Acek Rudy tahu lebih banyak dari dia.

"Eh, lu tahu gak kalau anime itu tidak baik untuk anak muda?" Acek Rudy melayangkan jurus ngancamnya.

Biar malam ini Steven hilang konsentrasi. Agar tulisan spoiler-spoiler berikutnya tidak lagi menghiasi tren pekan ini.

Untuk membuktikan teorinya, Acek Rudy mengirim link tulisannya tentang Nijikon dan Lolicon.

Baca juga: Anime Porno, Fenomena Lolicon, dan Kewarasan Nijikon.

Perlu diketahui, Lolicon adalah gadis anime yang seharusnya kawai (cute). Namun, sering dieksploitasi oleh para penyimpang seksual.

Jijay, tapi tidak bagi Acek Rudy. Tersebab ia adalah pelaku Kamasutra berwibawa. Tidak ada porno, edukasi isinya.

Adapun Nijikon masih jadi kontroversi. Para pria kesepian mengawini Lolicon impiannya. Bisa berupa boneka, bantal, ataupun gelas-gelas kaca.

Acek Rudy punya bantal Sailor Moon, boneka Hatsune Miku, dan koleksi gelas para Lolicon Dewi Choujigen Game. Tapi, ia bukan Nijikon.

Tidak ada yang dikawininya. Acek Rudy hanya tidur beserta para Lolicon ternama. Steven masih kalah jauh.

Beda Film Kartun dan Anime

Intimidasi pun berlanjut, Acek Rudy ingin tahu kenapa Steven bisa jago nulis Anime.

Pertanyaan pertama adalah apa sih beda film kartun dan anime?

Menurut Steven, pencinta anime bukan pencinta film kartun. Beda negara, satu Jepang, satunya lagi Amrik.

Film kartun itu kayak Scooby-doo yang doyan ngejar Mba Kunti. Tidak cocok bagi Kners Guido yang suka promosi-in Kakartana.

Film kartun juga tidak cocok ama Oji. Guru muda yang hampir kaya ini tidak pantas menontonnya. Bikin nganenin, akhirnya lupa kawin.

Mencintai Anime

Tapi, menurut Steven, Gui dan Oji lebih cocok nonton anime. Sisi sudut pandang adalah kunci. Ia berkata bahwa anime lebih ada bondingnya. Kisah yang diangkat masih relevan dengan kebudayaan Asia.

Salah satu contohnya adalah Tokyo Revengers. Anime ini dicintai orang Indonesia.

Steven berkata, tema yang diangkat adalah tawuran. Tapi, tentu ada sisi pesan moralnya. Sementara tema film kartun biasanya adalah detektif dan agen rahasia. Ah, orang Indonesia tidak sekepo itu!

Buntut-buntutnya, tawuran tiada gunanya dan jadi kepo itu capek! Tapi, tetap asyik ditonton.

Steven menyukai anime, karena ia pencinta manga (komik Jepang). Unsur seninya ada. Penggambarannya memiliki cirikhas tersendiri. Alur ceritanya penuh kejutan, dan tokohnya juga orang Asia, dekat dengan kita.

"Tapi, biasanya nonton lebih nikmat kalau ada temennya, Acek. Jadi habis nonton bisa lebih seru, Om." Steven menegaskan!

Saya sih setuju. Itu adalah ungkapan yang bijak dari sang anak muda. Nonton bersama punya manfaatnya.

Sebagai ajang sosialisasi, dan juga pencegah ketegangan dini. (alias; menghilangkan stress akibat pandemi).

Cocok untuk Segala Usia

Anime cocok untuk segala usia. Tidak hanya bagi penyuka petualang seperti One Piece, atau penyuka tawuran seperti Tokyo Revengers.

Ada juga bagi pencinta olahraga seperti Captain Tsubasa, atau untuk yang suka horor kayak Tokyo Ghoul.

"Jadi selera harusnya bisa menyesuaikan dan cocok untuk semua usia," pungkas Steven.

Tapi, kalau buat Acek sih, masih Candy-candy saja. Cocok dengan usia Acek yang masih muda saat itu.

Itulah mengapa tidak usah malu-malu untuk mencintai anime. Ia sama saja seperti hiburan lainnya.

Hanya beda persepsi saja. Bagi yang sudah tua, sila ditonton bersama cucu.

Melewati Lintas Generasi

Lebih lanjut, Steven berkata tidak perlu ada paksaan untuk mencintai anime. Silahkan dibaca dari buku pertama. Dijamin, langsung kena di hati.

Anime juga melewati lintas generasi. Bayangkan edisi pertama One Piece ternyata adalah tahun 1997. Hingga tahun 2021 belum juga tamat-tamat.

Kisahnya bahkan cenderung berkembang dan semakin bikin penasaran. Konon akan diakhiri pada tahun 2025 nanti. Totalnya 28 tahun.

Bayangkan sendiri deh. Semoga saja usia kalian panjang, biar tidak mati penasaran.

Bagi yang Tidak Senang Anime

Bagi yang tidak senang sama sekali dengan anime, juga tidak apa-apa. Tapi, harus diingat, kreativitas itu tak berbatas.

Konsep One Piece bisa dijadikan ide tulisan, tanpa harus mengikuti sejarah 28 tahun.

Mau tahu buktinya? Berikut adalah daftar spoiler tulisan dari para Kompasianer Senior;


Kang Fery; Monkey D. Luffy Nyaleg, Bukan Endgame-nya Presiden

Mba Ari; Puisi | Tomat-tomat D.Luffy, Manusia bukan Kera

Daeng Khrisna, Beda Monyet, Kera, dan D.Luffy dalam Lema dan Rima

Engkong Felix; Kera D. Luffy Mencuri Sapi di Gang Sapi

Mba Siti Naz; Resep Monyet D. Luffy

Prof. Pebri; Admin 2222, Aku Bukan Monyet D.Luffy

Akhir kata, bagi yang penasaran ingin menulis anime, Komunitas KPB (Kompasianer Penulis Berbalas) punya kejutan buat kalian semua.

Steven akan dihadirkan dalam blog bersama; Tentang menulis anime, judulnya belum ketahuan.

Menghadirkan penulis skenario, pelaku industri film, dan animator Indonesia sebagai moderator dan host. Yang pasti bukan si Monyet Luffy, tapi akan mengejutkan!

Nantikan ya! Doakan saja sukes dan berhasil. @ Mimin Kompasiana, didukung yah!

SalamAngka

Rudy Gunawan, B.A., CPS

Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun