Acek Rudy penulis rakus. Angka sudah bosan, Kamasutra tidak lagi menawan. Ia sudah mendapat cap sebagai penulis senior. Tapi, bukan prestasi, melainkan usia.
Acek Rudy tidak terima. Usia bisa 50an, tapi semangat harus 20an.
Namun, tulisannya tidak lagi jadi ranking pertama sebagai penerima K-Rewards. Ada Steven Chaniago, anak muda yang suka bahas One Piece.
Tulisannya selalu mendulang puluhan ribu pembaca. Siapa pun ta'bene-bene (liuran, bahasa Makassar).
Acek Rudy tidak mau kalah. Menulis anime harusnya mudah. Di masa ia masih muda, Candy-candy adalah idolanya. Sering dibawa bobok sebelum tidur.
Masa sih, menulis anime tidak bisa?
Untuk itu, maka ia pun menghubungi Steven. Malam itu, Steven sedang tidak bisa bobok. Cuaca sedang panas, tapi hatinya adem.
Tersebab lembaran ratusan ribu hasil nulis One Piece ia jadikan kipas. Steven membayangkan apa lagi yang bisa ia beli dari duit Kompasiananya.
"Steve, gimana sih caranya nulis anime?" Demikian suara Acek Rudy yang penuh wibawa dan intimidatif dari ujung seberang.
Steven panik menjawab telpon. Tersebab yang menelpon adalah Kompasianer senior. Sekali lagi, usia, bukan prestasi.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!