Ia kembali ke Indonesia pada tahun 2006 dan menjadi anggota Komite Ekonomi Nasional era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. (2007-2010).
Walaupun perlakukan tidak adil ia terima, tak sekali pun Christianto membenci Indonesia. Ia selalu bisa melunakkan orang-orang terdekatnya bahwa sikap rasialis itu terjadi di mana-mana.
Di Indonesia sendiri sudah ada beberapa kejadian sejak era kolonial. Itu adalah bagian dari resiko berbangsa. "Ya, sudah, hadapi saja dengan iman." Pungkas Christianto dikutip dari sumber (idntimes.com).
Semenjak pulang kembali ke Indonesia, Christianto tidak lagi terlalu aktif dalam pekerjaannya selaku pengamat ekonomi. Namun, hasil pemikirannya masih sering dikejar terkait dengan situasi dan kondisi yang sedang terjadi.
Salah satu yang saya ingat adalah ujarannya tentang titik-titik penting kebijakan ekonomi di Indonesia (2019). Menurutnya, Indonesia harus sangat serius dalam memberantas korupsi.
Ia tidak ingin kesalahan Orde Baru selama 32 tahun berkuasa, terulang kembali. Setelah 20 tahun reformasi, harusnya Indonesia sudah mampu mendapatkan momentumnya untuk kembali berjaya.
**
Saya pernah bertemu dua kali dengan Om Chris, demikian saya memanggilnya. Pembicaraan tidak terlalu serius. Terkesan santai dengan makanan dan kudapan khas Makassar.
Namun, saya bersyukur bisa duduk semeja dengannya. Meluangkan waktu yang singkat tidak akan pernah hilang dalam kehidupan yang singkat ini.
"Indonesia butuh warga bangsa yang punya integritas dan kemampuan menegakkan identitas,"Â demikian ujar Om Chris.
Selamat Jalan, Om Chris...