Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Selamat Jalan Om Chris, Rasa Cintamu pada Indonesia Telah Merasukiku

22 Juli 2021   21:55 Diperbarui: 22 Juli 2021   22:07 964
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kesan yang saya dapatkan dari beliau adalah semangatnya yang menggebu-gebu dan tutur katanya yang teratur, dan selalu enak didengar. Mungkin itulah yang membuat ia selalu tampak sehat dan tidak pernah kelihatan lelah.

Tidak ada pembicaraan yang terlalu serius. Hanya menikmati makan siang dan kudapan khas Makassar. Namun, ada sekilas pesan yang sempat saya rekam dalam ingatan.

Ia mengatakan jika di setiap masa, akan muncul sesosok pemimpin yang menangani masalah yang dihadapi bangsa ini.

Dalam hal ini, ia merujuk kepada hak politik orang Tionghoa. Saat itu pembicaraan juga banyak mengarah ke kiprah Ahok yang sedang bertugas di DKI. Namun, untuk alasan tertentu, saya tidak menuliskan isu yang sedang dibahas.

Saya tak menyangka jika dua tahun kemudian, Christianto terjun ke dunia politik. Ia mencalonkan diri sebagai legislatif dari PSI besutan Grace Natalie.

**

Berpuluh-puluh tahun yang lalu, saya pertama kali mengenal Christianto Wibisono sebagai kolumnis ekonomi Indonesia. Tulisannya bertebaran di media besar, seperti Kompas dan Suara Pembaruan.

Ia setara dengan Kwik Kian Gie, meskipun pandangan ekonomi dan politiknya kala itu agak sedikit berbeda.

Bisa dimaklumi. Christianto adalah lulusan aktivis 66. Ia "tumbuh" di jalan dan aktif menyerukan suaranya untuk Indonesia yang lebih baik. Sementara Kwik Kian Gie sendiri adalah seorang akademisi yang juga pelaku bisnis.

Pria yang bernama asli Oey Kian Kok ini lahir di Semarang pada tanggal 10 April 1945. Awal karirnya adalah menjadi penulis pada surat kabar Harian KAMI yang diterbitkan oleh Ikatan Pers Mahasiswa Indonesia (IPMI) pada tahun 1966.

Pada tahun 1971, bersama Gunawan Muhammad, ia mendirikan Mingguan Ekspress yang kemudian berubah menjadi majalah Tempo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun