Pelajaran apa yang bisa kita ambil dari kasus O.K. Lim ini?
Pertama; Kecemasan Berlebihan. O.K. Lim memang sudah membuat kesalahan. Tapi, harga dirinya sebagai pebisnis ulung terlalu tinggi. Ia mungkin terlalu percaya diri dengan pengalamannya selama ini.
Masalahnya, pandemi membuat banyak hal menjadi anomali. Harga minyak yang turun membuat dirinya tak berdaya menahan kecemasan. Akhirnya aksi nekat pun diambilnya. Resikonya kemudian menjadi pidana.
Jika, O.K. Lim bisa sedikit lebih tenang dan mau mengakui kerugiannya, maka mungkin ia akan terhindar dari masalah.
Kedua; "semua akan ada waktunya," sebagaimana perkataan dari Koh Ahong sahabatku.
Mengutip pernyataan dari sumber (tribunnews.com), "O.K. Lim adalah seorang patriarki khas Asia yang mencengkram bisnisnya dengan erat." Di usianya yang sudah 70an, ia masih saja menjadi direktur pelaksana di Hin-leong.
Padahal dua anaknya sudah cukup umur untuk menjabat posisi strategis.
Mungkin saja pengalaman O.K. Lim masih dibutuhkan dan sangat relevan dengan bisnisnya. Mungkin saja ia masih cukup sehat di usianya yang sudah tidak lagi muda.
Namun, tetap saja, "semua akan ada waktunya." Andai saja O.K. Lim dengan legowo bisa menyerahkan otoritas kepada anak-anaknya, maka ia mungkin masih bisa hidup tenang.
Kalau pun keputusan yang sama juga diambil oleh anak-anaknya, paling tidak O.K. Lim tidak akan menghabiskan masa tuanya di dalam penjara.
Tapi, semuanya sudah terjadi.