Khususnya karena ia berasal dari provinsi Putian. Tempat kelahiran yang sama dengan Harry Tansil, ayah Eddy Tansil.
Baca juga:Â Jejak Keluarga Tansil, Cek Kosong hingga Keberadaan Eddy Tansil
Sejak kecil ia telah terbiasa bekerja keras. Termasuk menyuplai bahan bakar ke perahu-perahu kecil di sepanjang pantai Singapura. Sesaat sebelum Singapura merdeka, bisnis O.K. Lim sudah mulai meningkat.
Ia menjadi pemasok utama bahan bakar kapal. Kenaikan bisnisnya beriringan jalan dengan pertumbuhan negara Singapura.
Intinya, O.K. Lim memainkan peran penting dalam membantu Singapura menjadi salah satu pelabuhan pengisi bahan bakar kapal terbaik di dunia.
Namun, kejayaan perusahaan yang dibangunnya selama lebih dari setengah abad ini, hanya butuh waktu setahun untuk hancur. Semua gegara Covid.
Bukan karena kesehatan, tapi judi. Bukan di casino, tapi spekulasi bisnis yang terlalu berani.
Semua dimulai pada saat Wuhan diserang Covid-19. Harga minyak mentah dunia turun drastis. Dari 70 menjadi 50 dollar AS. Dengan begitu pede, O.K. Lim memborong minyak mentah.
Insting bisnisnya mengatakan jika pemerintah Tiongkok akan dengan mudah menangani covid, sebagaimana pengalaman SARS zaman dulu. Dengan begitu, maka harga minyak akan naik lagi.
Insting O.K. Lim tidak salah, China berhasil menangani. Yang tidak ia sangka adalah, Covid menjadi pandemi. Harga minyak merosot tajam. Bahkan sempat menyentuh angka 20 dollar AS.
O.K. Lim tidak bisa berleha-leha sambil menunggu harga minyak naik kembali. Masalahnya, bisnisnya melibatkan uang bank. Cadangan minyaknya menjadi jaminan untuk kredit bank.