Setiap kali harga minyak turun, Lim harus menambah jaminannya di bank. Ini belum termasuk bunga bank yang ia harus bayar.
O.K. Lim tidak kuat lagi. Ia mulai mengambil tindakan nekat. Membuat pembukuan palsu. Meski buntung, tetap ditulis untung. Angka 800 juta dollar AS terasa pas agar bank tenang dan kredit baru masih bisa dikucurkan.
Bukan hanya itu, O.K. Lim juga menjual stoknya dengan harga rugi. Ia sudah mulai kehabisan cash flow.
Memang tidak salah, selama ia melaporkannya ke bank. Tersebab stok tersebut adalah jaminan bagi bank.
Nyatanya tidak. O.K. Lim menjualnya diam-diam.
Hingga akhirnya aksinya terbongkar. O.K. Lim pun menghadapi masalah yang sangat besar. Perdata dan Pidana.
Hutangnya di empat bank berjumlah 50 juta dollar AS. Sebenarnya tidak masalah, sebab asetnya masih sangat mencukupi. Bahkan masih menyisakan uang banyak jika dijual.
Jika masalahnya murni karena resiko bisnis, O.K. Lim masih bisa bernapas lega. Akan tetapi, telalu banyak tindak pidana yang ia lakukan. Totalnya 130 tuduhan. Ancamannya masuk penjara. Padahal usianya sudah 79 tahun.Â
Semuanya gegara covid. Demi menunggu harga minyak yang tak kunjung naik, perusahaannya dinyatakan bangkrut.
Semuanya gegara pandemi. Demi menjaga kekayaan yang terus tergerus, hartanya disita pemerintah.
Sayangnya semuanya sudah terjadi. Padahal saat ini, harga minyak sudah naik mencapai 74 dollar AS per barel. Alias sudah naik sekitar 20 dollar dari harga belinya tahun lalu. (Menghela napas).