Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Asal-usul Peci, Identitas Agama, dan Simbol Bangsa Indonesia

26 Juni 2021   05:55 Diperbarui: 26 Juni 2021   06:04 783
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di Indonesia sendiri, peci sudah dikenal Ketika Raja Ternate (1486-1500) belajar Islam di Madrasah Giri, Jawa. Ketika ia Kembali ke Ternate, ia membawa peci sebagai buah tangan.

Konon di zaman itu, nilainya tinggi. Tersebab peci dari Giri dianggap memiliki kekuatan magis dan sangat dihormati. Ia bahkan rela ditukar dengan rempah-rempah berharga tinggi. (Sejarah Nasional Indonesia III).

Sejak saat itu, peci tumbuh di seantero Nusantara. Ia menjadi semacam fesyen dalam acara dan pertemuan sosial.

Selama masa penguasaan Belanda (1800-1940), pemerintah kolonial kemudian berupaya untuk menggantikan kostum tradisional menjadi kebarat-baratan.

Jadilah priayi Jawa mulai mengadopsi busana barat. Tapi, menariknya, blangkon dan peci sulit ditinggalkan.

"Kostum tersebut ditambah dengan penutup kepala batik atau peci, digunakan pada saat wisuda dari sekolah-sekolah Belanda," dikutip dari buku Outward Appearances: Trend, Identitas, Kepentingan.

Setelah Soekarno mencetuskannya sebagai identitas nasional. Sebagai bentuk perlawanan kaum terjajah, peci semakin mendapatkan pengukuhannya.

Sekarang, peci yang dipakai dalam keseharian umat Muslim Indonesia, tidak hanya milik umat Islam saja. Ia juga adalah milik dari seluruh bangsa Indonesia.

Indahnya berbagi. Indahnya Indonesia.

Referensi: 1 2

SalamAngka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun