Di Indonesia sendiri, peci sudah dikenal Ketika Raja Ternate (1486-1500) belajar Islam di Madrasah Giri, Jawa. Ketika ia Kembali ke Ternate, ia membawa peci sebagai buah tangan.
Konon di zaman itu, nilainya tinggi. Tersebab peci dari Giri dianggap memiliki kekuatan magis dan sangat dihormati. Ia bahkan rela ditukar dengan rempah-rempah berharga tinggi. (Sejarah Nasional Indonesia III).
Sejak saat itu, peci tumbuh di seantero Nusantara. Ia menjadi semacam fesyen dalam acara dan pertemuan sosial.
Selama masa penguasaan Belanda (1800-1940), pemerintah kolonial kemudian berupaya untuk menggantikan kostum tradisional menjadi kebarat-baratan.
Jadilah priayi Jawa mulai mengadopsi busana barat. Tapi, menariknya, blangkon dan peci sulit ditinggalkan.
"Kostum tersebut ditambah dengan penutup kepala batik atau peci, digunakan pada saat wisuda dari sekolah-sekolah Belanda," dikutip dari buku Outward Appearances: Trend, Identitas, Kepentingan.
Setelah Soekarno mencetuskannya sebagai identitas nasional. Sebagai bentuk perlawanan kaum terjajah, peci semakin mendapatkan pengukuhannya.
Sekarang, peci yang dipakai dalam keseharian umat Muslim Indonesia, tidak hanya milik umat Islam saja. Ia juga adalah milik dari seluruh bangsa Indonesia.
Indahnya berbagi. Indahnya Indonesia.
SalamAngka