Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Res Publica, Universitas Tionghoa yang Tertuduh PKI, Kini Trisakti

22 Juni 2021   04:48 Diperbarui: 25 Juni 2021   18:49 5908
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Res Publica, Universitas Tionghoa yang Tertuduh PKI, Kini Trisakti (yayasantrisakti.id)

Orde lama identik dengan komunis. Orde baru terkait dengan pemberantasan PKI. Anggota partai dienyahkan, tokoh sentral dilenyapkan, simpatisan disingkirkan.

Termasuk sekolah dan kampus yang dianggap sebagai pusat penyebaran idealisme berkedok pendidikan.

Penutupan institusi Pendidikan "kaum merah" dilakukan secara masif. Dimulai dari cara "halus" lewat Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan (PTIP), hingga cara kasar melalui penyerangan dan pembakaran dari kelompok anti komunis.

Dari catatan sejarah, terhitung 14 Perguruan Tinggi Swasta yang ditutup, yakni: Universitas Rakyat Indonesia, Universitas Rakyat, Universitas Pemerintah Kotapraja Surakarta, Institut Pertanian EGOM, Akademi Ilmu Sosial Aliarcham (AISA), Akademi Ilmu Politik Bachtaruddin, Akademi Teknik Ir. Anwari, Akademi Jurnalistik Dr. Rivai, Akademi Musik W.R. Supratman, Akademi Jurnalistik dan Publisistik Taruna Patria, Akademi Ilmu Ekonomi Dr. Sam Ratulangi, Akademi Sastra Multatuli, dan Akademi Sejarah Ronggowarsito, dan Universitas Res Publica (URECA).

Jejak pendidikan komunis di Indonesia benar-benar lenyap dari bumi Indonesia. Tapi, tidak sisa keberadaannya. Terkhusus Universitas Res Publica.

Pada 6 November 1957, Menteri Pertahanan Kabinet Djuanda mengeluarkan larangan bagi WNI untuk belajar di sekolah asing.

Aturan ini nyata-nyata ditujukan pada sekolah Tionghoa yang banyak menampung warga keturunan. Akibatnya puluhan ribu murid sekolah tersebut terbengkalai.

Akhirnya Siauw Giok Tjhan, seorang tokoh pejuang dan politikus dari golongan Tionghoa Indonesia berinisiatif mendirikan Yayasan Pendidikan Baperki pada awal 1958.

Siauw Giok Tjhan (berdikarionline.com)
Siauw Giok Tjhan (berdikarionline.com)
Baperki sendiri adalah singkatan dari Badan Permusyawaratan Kewarganegaraan Indonesia. Organisasi ini terbentuk pada 1954 atas inisiatif tokoh Tionghoa yang membahas mengenai polemik RUU Kewarganegaraan Menteri Luar Negeri kabinet Ali Sastroadmijojo.

Dalam waktu singkat, berdirilah ratusan sekolah di bawah Yayasan Baperki ini. Mereka berhasil menampung para siswa dari golongan Tionghoa. Kendati demikian, bagi para pelajar Tionghoa yang ingin melanjutkan kuliah, situasinya masih sulit.

Belum banyak universitas negeri yang berdiri saat itu, dan etnis tionghoa hanya bisa diterima melalui sistem jatah. 

Siauw Giok Tjhan kemudian menjawab tantangan tersebut dengan mendirikan Universitas Baperki pada tahun 1958. Pada 1963, Universitas Baperki kemudian berubah nama menjadi Universitas Res Publica (UNRECA).

Res Publica sendiri dikutip dari pidato Soekarno di hadapan sidang Konstituante 1959. Res Publica sendiri berarti kepentingan umum (publik).

Syahdan, jumlah mahasiswanya bertambah dengan cepat. Mencapai ribuan dan datang dari seluruh pelosok Indonesia. Kebanyakan adalah etnis Tionghoa yang tidak diterima di Universitas Negeri.

Cukup banyak fakultas yang ditawarkan di sini. Di antaranya adalah Fakultas Kedokteran, Teknik, Sipil, Mesin, Elektro, Ekonomi, Sastra, hingga Hukum.

Mahasiswa Universitas Res Publica (yayasantrisakti.id)
Mahasiswa Universitas Res Publica (yayasantrisakti.id)
Pada tahun 1962, UNRECA melebarkan sayap hingga ke Surabaya, di susul ke Semarang, dan Medan.

Sistem pendidikan yang diterapkan oleh UNRECA adalah kombinasi antara praktik dan teori. Pelajaran ideologi bangsa menjadi mata pelajaran wajib bagi mahasiswa. Pada mata kuliah ini, Siauw Giok Tjhan sendiri yang menjadi dosen. Ia menanamkan rasa kebangsaan yang tinggi dan rasa kecintaan kepada universitas dan negara.

Para tenaga pengajar juga terpilih dari kaum akademisi yang mumpuni. Termasuk salah satunya adalah sang legenda Pramoedya Ananta Toer.

Para mahasiswa dididik untuk membangun gedung universitas dan asramanya. Ini termasuk pelatihan praktik, khususnya bagi mahasiswa fakultas Teknik.

Pada saat negara dilanda kesulitan pangan, pihak Universitas juga mengajak para mahasiswa untuk menanam jagung di halaman universitas yang luas.

Pun praktik kerja juga dilakukan dalam bentuk kerja bakti, memperbaiki jalan-jalan ibu kota. Konon gadis-gadis Tionghoa jamak terlihat mengendarai mesin giling memperbaiki jalanan Jakarta.

Penyerangan massa ke Universitas Res Publica (bbc.com)
Penyerangan massa ke Universitas Res Publica (bbc.com)
Mahasiswa tidak dibatasi dalam organisasi. Baik dalam maupun luar kampus. Pun halnya dalam pilihan politik. Sepanjang negara mengakuinya, mahasiswa tidak dilarang untuk berafiliasi kemana saja.

Dewan dan Senat Mahasiswa benar-benar menjadi mitra Universitas. Bekerja untuk mengembangkan kehidupan kampus yang lebih baik.

Yang lebih hebat, sistem perploncoan yang terkesan feudal dihapus oleh Universitas. Mereka menganggap bahwa sistem ini sudah usang. Sebagai gantinya, acara orientasi diisi dengan kegiatan yang lebih bermanfaat, semisal olahraga, seminar, hingga kerja bakti.

Dewan Mahasiswa pun tak kalah beprestasi. Pada awal 1965, tim kesenian UNRECA berhasil mementaskan drama kesenian tour ke Jawa Timur dan Jawa Tengah. Acara tersebut sukses besar dan menuai banyak pujian.

Lulusan UNRECA menjadi pilihan. Mereka sangat diminati oleh perusahaan. Pada tahun 1964, Departemen Perguran Tinggi dan Ilmu Pendidikan (PTIP) memberi pengakuan penuh setara Universitas Negeri bagi beberapa Fakultas UNRECA.

Sayangnya, semua lenyap begitu saja.

Penyerangan massa ke Universitas Res Publica (respublica.id)
Penyerangan massa ke Universitas Res Publica (respublica.id)
UNRECA terseret arus politik negara. Tanggal 15 Oktober 1965, kampus diserang massa dan dibakar. Tuduhannya adalah antek PKI dan Beijing.

Pada saat kejadian, para mahasiswa muncul dengan heroik menghalau massa yang ingin menjarah, merusak, dan membakar kampus. Sayangnya massa yang entah dari mana juga dibantu oleh aparat militer.

Entah berapa banyak korban yang timbul, yang jelas kampus itu akhirnya hancur akibat tindakan semena-mena dari pihak yang yang tidak bertanggung jawab.

Dengan penuh linangan air mata, mahasiswa UNRECA menyaksikan kampusnya menjadi puing dan rata dengan tanah. Kampus yang selama ini dicintai dan telah banyak berjasa.

UNRECA akhirnya berubah menjadi Yayasan Trisakti. Namanya pun berubah menjadi Universitas Trisakti.

 

Referensi: 1 2 3 

SalamAngka

Rudy Gunawan, B.A., CPS

Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun