Belum banyak universitas negeri yang berdiri saat itu, dan etnis tionghoa hanya bisa diterima melalui sistem jatah.Â
Siauw Giok Tjhan kemudian menjawab tantangan tersebut dengan mendirikan Universitas Baperki pada tahun 1958. Pada 1963, Universitas Baperki kemudian berubah nama menjadi Universitas Res Publica (UNRECA).
Res Publica sendiri dikutip dari pidato Soekarno di hadapan sidang Konstituante 1959. Res Publica sendiri berarti kepentingan umum (publik).
Syahdan, jumlah mahasiswanya bertambah dengan cepat. Mencapai ribuan dan datang dari seluruh pelosok Indonesia. Kebanyakan adalah etnis Tionghoa yang tidak diterima di Universitas Negeri.
Cukup banyak fakultas yang ditawarkan di sini. Di antaranya adalah Fakultas Kedokteran, Teknik, Sipil, Mesin, Elektro, Ekonomi, Sastra, hingga Hukum.
Sistem pendidikan yang diterapkan oleh UNRECA adalah kombinasi antara praktik dan teori. Pelajaran ideologi bangsa menjadi mata pelajaran wajib bagi mahasiswa. Pada mata kuliah ini, Siauw Giok Tjhan sendiri yang menjadi dosen. Ia menanamkan rasa kebangsaan yang tinggi dan rasa kecintaan kepada universitas dan negara.
Para tenaga pengajar juga terpilih dari kaum akademisi yang mumpuni. Termasuk salah satunya adalah sang legenda Pramoedya Ananta Toer.
Para mahasiswa dididik untuk membangun gedung universitas dan asramanya. Ini termasuk pelatihan praktik, khususnya bagi mahasiswa fakultas Teknik.
Pada saat negara dilanda kesulitan pangan, pihak Universitas juga mengajak para mahasiswa untuk menanam jagung di halaman universitas yang luas.
Pun praktik kerja juga dilakukan dalam bentuk kerja bakti, memperbaiki jalan-jalan ibu kota. Konon gadis-gadis Tionghoa jamak terlihat mengendarai mesin giling memperbaiki jalanan Jakarta.