Jakarta, 14 Mei 1962
Teriakan takbir menggema. Tiga letusan menyalak; "Dor...dor...dor..."Â
Tepat di tengah shalat Idul Adha. Setelah masuk penghabisan rakaat kedua.
Salat terhenti. Saf tercerai-berai. Jemaah melarikan diri. Mencari perlindungan dan tiarap.
Soekarno berada di sana. Bersama dengan petinggi militer dan pejabat negara.
Suasana yang mencekam menandai sejarah yang kelam. Upaya pembunuhan Soekarno kembali terjadi. Untuk kesekian kali.
Jakarta, 13 Mei 1962
Sehari sebelumnya, Kapten CPM Dahlan bertemu Mangil Martowidjojo, Komandan Datasemen Kawal Pribadi (DKP) Presiden Soekarno.
Dahlan menyampaikan informasi penting. Ada rencana pembunuhan terhadap presiden. Akan terjadi besoknya, saat shalat Idul Adha.
Shalat bersama umat muslim akan dilakukan di lapangan terbuka. Antara Istana Negara dan Istana Merdeka. Terbuka bagi siapa saja.
Rencana disusun. Pengawalan dirancang. Ada yang mengenakan seragam, ada pula yang berpakaian preman. Ada yang bertugas menjadi pagar hidup, dan itu adalah Mangil dan Wakilnya Sudiyo.
Sebanyak enam pos disiagakan. Masing-masing terdiri dari dua anggota pasukan. Bersenjatakan senapan semi otomatis. Tipe AR-15 buatan Amerika.