Kuil tersebut pernah terbakar dan dihancurkan pada masa pemerintahan Dinasti Qing. Namun, per 1983, pemerintah China mulai membangunnya. Eddy turut serta.
Selain itu, di kampung halamannya, Eddy dan ayahnya juga pernah membangun agrobisnis berskala ekonomi rakyat. Golden Key Fruit Farm untuk komoditas buah lengkeng.Â
Proyeknya seluas 100 hektar dan mencakup 30.000 pohon.
Petani lokal yang dulunya menanam kacang tanah, ubi jalar, atau kedelai, banyak yang beralih ke sana. Lebih menghasilkan dan tidak mudah gagal.
Gunung Yupang yang semula tandus juga dihijaukan. Caranya adalah dengan membuka peternakan babi di kaki gunung. Kotoran babi kemudian menjadi pupuk bagi pohon.
Eddy memang sama dermawannya dengan ayah dan kakaknya. Tapi, ada persepsi lain yang beredar.
Seorang warga Fuqing Bernama Huang mengingatkan untuk tidak sembarang menyebutkan nama mandarin Eddy.
"Ia adalah sosok yang disegani dan juga ditakuti," ujar Huang.
Awalnya Huang agak kesulitan mencari padanan kata yang dimaksud dengan "kehati-hatiannya." Ternyata berasal dari penulisan nama mandarin Eddy Tansil.
Chen Cu Fuan, yang dalam bahasa mandarin bisa diplesetkan menjadi kurang-lebih; "Mafia."
Entah Huang hanya bermaksud bercanda, atau memang demikian yang ia pikirkan.