Namun, keberuntungannya tidak bertahan lama. Pada tahun 2007, Eddy gagal mengembalikan kredit ratusan miliar yang dipinjamnya dari Bank of China.
Pabrik birnya jatuh ke tangan pesaing. Sedangkan pabrik kacanya disita negara melalui perusahaan asset management, Great Wall.
Great Wall adalah Lembaga keuangan resmi pemerintah China. Fungsinya menangani asset bermasalah dari kredit macet bank milik negara.
Kendati sudah menjadi urusan negara, penyitaan asset Eddy Tansil tidak berjalan mulus. Dibutuhkan waktu hampir 4 tahun untuk mengeksekusinya.
Koneksi Eddy Tansil ternyata sangat luar biasa. Ia bukanlah orang sembarangan. Khususnya di Fujian, tempat kelahiran leluhurnya.
Gong Chungi, direktur Great Wall Asset Management memberi pengakuan. Alih-alih berbicara dengan pihak cabang Great Wall di Fuzhou, Eddy memilih cara kilat. Bernegosiasi langsung dengan kantor pusat di Beijing.
Laporan Legal Daily, edisi Juni 2006 mengisahkan aksi Eddy Tansil. Konon setelah rapat dengan pihak kantor pusat Great Wall, Eddy langsung mengadakan rapat internal.
Salah satu staf Eddy membocorkan: Ia membanggakan koneksinya dengan Beijing.
"Kita tidak perlu khwatir dengan mereka, saya punya bekingan kuat," pungkas staf tersebut meniru perkataan bosnya.
Layaknya aturan dalam dunia perbankan, debitur yang sudah pernah cacat tidak bisa lagi berhubungan dengan bank. Tapi, tidak bagi Eddy.
Ia masih leluasa mengembangkan bisnis pabrik kaca ke provinsi lain. Rumor beredar, Eddy masih mendapat suntikan dana.