Adalah Rudolf Wengkart yang menjadi guru lukisnya.
Usaha Henk tidak sia-sia. Di tahun 1937 pada saat masih berusia 16 tahun, pemerintah Kolonial Belanda memberikannya kesempatan untuk memamerkan lukisannya di gedung kesenian Bataviasche Kunstrkring.
Dalam pameran itu, Henk menjadi salah satu dari empat seniman Indonesia. Soedjono, Agus Daya, Emiria Soenassa adalah tiga yang lainnya.
Kegiatan seni Henk terus berlanjut, hingga ia mendapatkan panggungnya sendiri. Pameran tunggal di tahun 1948 di Hotel Des Indes, Jakarta.
Sebagai pelukis, Henk juga aktif berorganisasi. Ia tercatat pernah tergabung dalam Persatuan Ahli Gambar Indonesia (Persagi), yang dipimpin Sudjono pada tahun 1940.
Ia tercatat sebagai salah satu pendiri Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra). Ia juga memangku jabatan sebagai Sekretaris Umum.
Belakangan Lembaga yang didirikan oleh Henk ini sangat identik dengan Partai Komunis Indonesia (PKI). Kendati Henk adalah warga keturunan China, tapi dia bukanlah komunis.
Namun, keterlibatannya cukup untuk membuat ia sebagai tertuduh PKI.
Hingga suatu saat, datanglah perintah dari Sang Bung.
"Henk, Bapak ingin kamu menempatkanmu di Kotapraja. Bapak ingin Henk mewakili bapak di sana. Bapak ingin kota ini cantik. [...]" Ujar Soekarno kepada Henk, dikutip dari sumber (tirto.id).