Juni 1977, Hario Kecik memutuskan untuk pulang ke tanah air. Sudah lebih 12 tahun ia tinggal di Moscow. Begitu tiba di Jakarta, kekhwatiran Hario menjadi kenyataan.
ia telah ditunggui oleh Ali Moertopo, Wakil Kepala BIN saat itu dan juga orang kepercayaan Soeharto. Hario langsung dikirim ke Rutan Militer Utomo.
Tidak jelas apa tuduhannya, bukan anggota Partai Komunis, tapi kemungkinan karena kedekatannya dengan Soekarno.
Barulah beberapa hari kemudian baru Kolonel Usman Sjarif datang menginterogasinya. Hario juga harus menjalani tes psikologi yang ketat sebelum benar-benar terbukti jika ia tak berpaham Komunis.
Empat tahun lamanya, Hario harus menjalani hidup sebagai tahanan politik. Ia tak pernah diadili. Barulah pada bulan September 1981, Hario beserta dua tapol lainnya, Mayor Jenderal Pranoto dan Rukman menjalani upacara pelepasan sebagai tahanan.
Hario harus mengucapkan sumpah. Bukan sumpah setia kepada NKRI, tapi sumpah untuk tidak menceritakan tentang apa pun yang mereka alami selama dalam tahanan.
Hario Kecik tidak pernah sakit, kecuali sakit hati ketika pemeintah memperlakukannya dengan tidak adil.
SalamAngka
Rudy Gunawan, B.A., CPS
Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI