Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Topeng Gajah Mada, 32 Tahun Soeharto, dan Wangsit yang Tak Kesampaian

12 Mei 2021   04:34 Diperbarui: 12 Mei 2021   04:46 3387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam masyarakat Nusantara, kekuasaan selalu identik dengan wahyu dari langit. Telah terjadi sejak zaman raja-raja kuno, dan masih melekat hingga pemimpin di era modern.

Gambaran umum masyarakat, pemimpin besar memiliki kekuatan adikodrati. Berhubungan dengan kesaktian diri atau pun benda-benda keramat yang menjadi "pegangan."

Konon Soekarno memiliki beberapa benda pusaka. Di antaranya adalah keris dan juga tongkat komandonya. Soeharto pun disebutkan mengoleksi lebih dari 2000 benda keramat. Beritanya masih tersiar hingga kini.

Salah satunya adalah Topeng Gajah Mada.

Pada suatu hari di tahun 1980-an, Ayatroheadi, arkeolog dan guru besar Fakultas Sastra Universitas Indonesia (UI), menerima misi khusus dari orang terpenting di negeri ini, Soeharto.

Pesannya datang dari Maulana Ibrahim, kepala Bidang Pemugaran Direktorat Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala.

Misinya adalah mencari lokasi Mahapatih Gajah Mada  mengucapkan Sumpah Palapa. Misi ini tergolong sulit. Tersebab satu-satunya referensi adalah karya Mpu Prapanca, Negarakertagama, yang ditulis pada tahun 1365.

Apa yang bisa dilakukan oleh Ayatroheadi saat itu adalah menuju ke Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Berdasarkan penemuan beberapa situs bersejarah di sana, diduga kuat bahwa Trowulan adalah bekas ibukota Kerajaan Majapahit.

Namun, Ayatroheadi sendiri masih meragukan keabsahan informasi tersebut. Ditambah lagi, temuan-temuan berbagai macam benda purbakala yang terpendam di sana mencakup luasan yang cukup besar. Sekitar 99 kilometer persegi, masuk sampai ke wilayah timur Jombang.

Setelah menjalankan lima hari ekspedisinya, Ayatroheadi pulang dan melaporkan temuannya kepada pembawa pesan rahasia. Hasilnya, nihil.

Jelas berita ini cukup mengecewakan. Maulana Ibrahim pun menuturkan pentingnya keberhasilan misi tersebut.

Permintaan itu datang khusus dari sang Presiden. Konon hal tersebut berasal langsung dari pesan guru spiritual Soeharto.

Pak Harto harus menginap di wilayah Jawa Timur untuk melengkapi ritual yang berhubungan dengan Topeng Majapahit.

Namun, ia hanya bisa melakukannya jika sudah memastikan di mana lokasi Gajah Mada mengucapkan sumpahnya yang melegenda itu berada.

Sebelumnya di tahun 1967, Soedjono Hoemardhani, orang kepercayaan Soeharto yang juga bergelar Menteri Urusan Mistis, pernah ke Pura Penopengan, Bali untuk meminjam Topeng Gajah Mada.

Baca juga: Mengenang Soedjono Hoemardhani, Jenderal Dukun, Menteri Urusan Mistis, dan Penasehat Spiritual Soeharto.

Topeng Gajah Mada adalah milik Aria Rohaya, panglima perang Gajah Mada yang menaklukkan Bali. Selama 600 tahun, keturunannyalah yang bertugas menjaga topeng tersebut. Pada saat topeng dipinjamkan kepada Soeharto, penjaganya bernama I Gusti Ngurah Mantra.

Kisah ini juga sempat tercatat dalam buku yang ditulis oleh Khoon Choey Lee, mantan Dubes Singapura untuk Indonesia tahun 1970, yang berjudul, A Fragile Nation: Indonesian Crisis (1999).

Dalam buku tersebut, Khoon mengisahkan tentang kejadian spiritual pada tahun 1967 tersebut.

Ketika I Gusti Ngurah Mantra membuka kotak berisi topeng Gajah Mada, konon badai menerjang seluruh pulau Bali. Menurut Gusti, kejadian tersebut berhubungan dengan kekuatan supranatural topeng tersebut, dan itu adalah pertanda bagus.

Meskipun proses peminjaman topeng tersebut juga membawa korban. Menurut Khoon, Soedjono bercerita kepadanya bahwa pengawal yang membawa topeng tersebut ke Jakarta tiba-tiba meninggal karena serangan jantung.

Topeng tersebut berada di Istana Negara selama seribu hari. Setiap malam doa khusus dipanjatkan. Sang pembaca doa duduk berhadapan dengan topeng yang terpajang. Tujuannya untuk memberkati Soeharto. Demikian penjelasan Khoon pada bukunya.

Hal senada juga tertulis pada buku karangan Arwan Tuti Artha: Dunia Spiritual Soeharto. Kekuatan supranatural topeng tersebut diharapkan dapat memberikan energi magis terkait penyatuan Nusantara yang dilakukan oleh Gajah Mada.

**

Topeng Gajah Mada kini dikeramatkan di Puri Ageng Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Bali. Hingga kini keberadaannya sangat disakralkan.

"Setiap hari kami persembahkan sesajen rangkaian janur dan bunga ke hadapan topeng ini sebagai ucapan terima kasih," ungkap Anak Agung kakarsana, penglingsir Puri Agung Blahbatuh. (republika.co.id).

Banyak masyarakat yang memohon berkah kepada topeng ini. Mereka meyakini jika Topeng Gajah Mada dapat menyelesaikan banyak persoalan yang muncul.

Bukan hanya masyarakat lokal, tapi juga dari seluruh Indonesia, bahkan ke mancanegara.

**

Di awal kekuasaannya, Soeharto berhasil mendapatkan legitimasi spiritual dari eksistensi topeng Gajah Mada. Namun, ritual ini tidak lengkap karena Soeharto tidak berhasil bermalam di tempat Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa.

Hingga kini, kejadian tersebut masih mengganjal dalam ingatan Ayatroheadi. Sebagaimana pernyataanya yang dikutip dari sumber (historia.id)

"Apakah kejatuhan Soeharto, karena diriku tidak berhasil menemukan lokasi Wisma Paningkalan, tempat Gajah Mada menyuarakan Sumpah Palapa?"

Referensi: 1 2 3

SalamAngka

Rudy Gunawan, B.A., CPS

Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun