Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kisah Tragis Iris Chang, Penulis Terkenal "Rape of Nanking"

25 April 2021   14:29 Diperbarui: 26 April 2021   15:16 22174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerkosaan di Nanking (allthatsinteresting.com)

13 Desember 1937, sejarah terkelam umat manusia terjadi di Nanking, China.

Agresi militer Jepang ke ibu kota China kala itu tidak hanya menjadi terburuk dalam sejarah. Juga menjadi tragedi kemanusiaan yang paling memalukan.

Tidak ada perlawanan berarti. Tangga 1 Desember 1937, pimpinan Partai Kuomintang, Chiang Kai-sek telah mengevakuasi seluruh perangkat pemerintahan dari Nanking.

Pasukan tempurnya juga ditarik undur ke sisi lain Sungai Yangtze, sehari sebelum tentara Jepang memasuki kota tersebut.

Kekuatan tempur yang bertahan hanya tersisa 50.000 orang saja. Sebagian besar tidak terlatih dengan senjata seadanya. Bahkan anak kecil berusia 12 tahun pun dipersenjatai. Hanya agar kelihatan banyak.

Tentu, tidak seimbang dengan pasukan militer Dai Nippon yang terlatih dengan artileri berat. Nanking dengan mudah roboh. Pasukan Jepang memasuki kota dari berbagai penjuru.

Pembantaian mulai terjadi secara sistematis. Enam minggu lamanya. Tentara China diberondong ketika mencoba melarikan diri. Sungai Yangtze dipenuhi cairan merah pekat.

Penduduk sipil dipenggal. Sebagian lagi dijadikan latihan sasaran bayonet. Anak kecil tak lepas dari kengerian. Dibantai tanpa belas kasihan.

Wen Sunshi masih sangat muda. Ia bersembunyi dalam sebuah penginapan yang dikelola warga asing. Malang baginya, bersama tujuh wanita lainnya ia dipaksa melayani nafsu bejat tentara Jepang.

Nasibnya masih tergolong baik. Dibandingkan dengan para wanita lainnya yang jadi korban pemerkosaan di jalan. Tidak pandang bulu, dari yang masih berusia di bawah umur hingga yang sedang hamil.

Tank-tank militer menghancurkan sepertiga dari seluruh kota. Tentara kekaisaran berpesta pora di tengah abu mayat mayat korban pembakaran.

Menurut catatan Pengadilan Kejahatan Perang untuk Timur Jauh, 300 ribu jiwa melayang dan 20.000 wanita diperkosa. Tapi, hingga kini angka tersebut masih menjadi perdebatan.

Disanggah oleh pemerintah Jepang yang mengatakannya sebagai kejadian yang terlalu dibuat-buat.

Pemerkosaan di Nanking (allthatsinteresting.com)
Pemerkosaan di Nanking (allthatsinteresting.com)
Korban kekejaman tentara Dai-Nippon tidak berakhir sampai di sana saja. Di tahun 2004, seorang wanita berusia 36 tahun, nekat menembakkan kepalanya sendiri.

Ia tak tahan lagi dengan sejarah kelam Pemerkosaan Nanking. Ia bukan korban pemerkosaan, bukan pula wanita dari masa lalu. Ia adalah Iris Chang. Penulis novel terkenal, The Rape of Nanking: The Forgotten Holocaust from The World War II.

Sekilas Tentang Iris Chang

Iris Chang (shine.cn)
Iris Chang (shine.cn)

Iris adalah anak dari dua professor. Ia lahir di China dan berimigrasi ke Amerika Serikat dari Taiwan. Iris dilahirkan di Princeton, New Jersey, AS, pada tahun 1968.

Iris mendapatkan gelar sarjana jurnalisme dari Universitas Illinois, AS pada tahun 1989 dan gelar magister dari Universitas John Hopkis.

Karir profesionalnya dimulai sebagai jurnalis lepas di New York Times. Sepanjang karirnya, ia memproduksi enam artikel halaman depan dalam tempo setahun.

Ia juga pernah bekerja di Chicago Tribune dan Associated Press, sebelum mengundurkan diri untuk meniti karirnya sebagai dosen dan penulis buku.

Sejak kecil Iris telah menunjukkan minatnya pada karya literasi. Ia suka menulis dan bercerita. Hidupnya seharusnya baik-baik saja, jika ia tidak terlibat dalam proyek terakhirnya: Mengulik kekejaman bala tentara Jepang atas peristiwa kelam, Pemerkosaan Nanking tahun 1937.

Menemukan Fakta Mengerikan

Kekejaman tentara jepang di Nanking (kumparan.com)
Kekejaman tentara jepang di Nanking (kumparan.com)

Selama tiga tahun melakukan riset, Iris mewawancarai saksi yang masih hidup dan mengumpulkan bukti-bukti bersejarah. Apa yang ia temukan membuatnya merinding.

Semuanya mengenai kejahatan dan kekejaman mengerikan. Pemenggalan kepala, manusia yang dikubur hidup-hidup, mayat yang dibakar, aksi mutilasi, pemerkosaan massal, hingga kontes membunuh.

Ia tak bisa menerima perlakuan tentara Jepang pada sejarah Nanking, dan apa yang diperbuat terhadap tanah leluhurnya. 

Kemarahan Iris semakin menjadi-jadi ketika mengetahui bahwasanya tidak ada permintaan maaf resmi dari pemerintah Jepang. Bukan hanya itu, para politisi di Jepang bahkan mencoba menghapus catatan sejarah kelam tersebut.

Iris pernah berkonfrontasi dengan duta besar Jepang untuk Amerika Serikat dalam sebuah siaran televisi. Penyebabnya karena sang duta besar menuduh Iris melakukan "penggambaran yang salah" pada bukunya.

Iris bahkan juga sering mendapatkan teror dan ancaman pembunuhan dari beberapa orang Jepang, setelah bukunya terbit.

Penulis Buku Terkenal

Perempuan tionghoa di tengah tawanan tentara jepang (wikimedia.org)
Perempuan tionghoa di tengah tawanan tentara jepang (wikimedia.org)
Buku The Rape of Nanking adalah buku keduanya. Diterbitkan pada tahun 1997 dan menjadi best seller selama berbulan-bulan. Buku ini didorong oleh kisah kakek-neneknya sendiri yang merupakan penyintas tragedi tersebut.

Sebelum Iris menerbitkan bukunya yang kontroversial, tidak banyak catatan sejarah yang membahasnya. Ternyata setelah Iris melakukan riset, ia menemukan ada upaya dari pemerintah Jepang yang secara sistematis menutupi kejadian keji tersebut.

Negara Amerika Serikat, tempatnya menetap pun terkesan tidak membahasnya. Tersebab pada saat itu, Jepang adalah sekutu strategis bagi NATO dan partner ekonomi untuk AS.

Buku tersebut menuai banyak pujian, karena kemampuan Iris untuk menceritakan secara detail kekejaman yang terjadi. Namun, karyanya juga tidak terlepas dari kritik. Terutama dari pihak yang pro Jepang yang meragukan keakuratan sumber.

Buku Karya Iris Chang

Thread of Silkworm buku karya Iris Chang (amazon.com)
Thread of Silkworm buku karya Iris Chang (amazon.com)
Iris bukan sejarahwan, bukan pula pelaku sejarah. Namun, ia mampu menuliskan sejarah dengan begitu jelasnya.

Bukunya yang pertama berjudul Thread of Silkworm. Diterbitkan pada tahun 1995 dan menceritakan mengenai pengalaman hidup seorang professor China, Dr. Tsien Hsue-sen pada masa revolusi kebudayaan di China, tahun 1950an.

Dr. Tsien adalah seorang ilmuwan AS asal China. Sepanjang sejarah Perang Dunia II, ia telah membantu militer AS membongkar rahasia ilmuwan NAZI. Sayangya, ia tidak dihargai.

Dr. Tsien malahan dituduh sebagai mata-mata komunis dan dikenai tahanan rumah. Tahun 1955 ia kembali ke China dan membantu negeri leluhurnya mengembangkan misil Dongfeng, yang ironisnya digunakan untuk melawan militer AS selama masa Perang Teluk dan Perang Irak 2003.

Bukunya yang ketiga berjudul The Chinese America (2003). Mengisahkan tentang sejarah orang China-Amerika yang diperlakukan sebagai warga kelas dua.

Masalah rasialis menjadi isunya. Ia menyorot kontribusi dari para keturunan Tionghoa di Amerika yang tidak pernah mendapatkan perlakuan adil.

Titik Balik Iris Chang, The Rape of Nanking

Buku Rape of Nanking telah mengubah hidup Iris. Dalam sekejap ia menjadi selebriti. Ia banyak tampil sebagai pembicara dan narasumber. Bahkan lebih dari itu. Sebagai juru bicara atas kejadian Pemerkosaan Nanking.

Ambisinya cukup besar: Menuntut permintaan maaf dari pemerintah Jepang dan menuntut ganti rugi bagi para korban.

Para penentangnya menggambarkan diri Irish sebagai seorang yang manipulatif, emosional, dan haus akan kontroversi. Namun, tidak menghambatnya menjadi orang yang terus dicari. 

Ia berubah menjadi seorang expert dalam sejarah China. Pandangannya yang unik dijadikan sebagai sumber acuan atas karya lain tentang China. Termasuk isu rasialisme terhadap warga China di Amerika dan dunia.

Menderita Gangguan Mental

Kekejaman Perang (sites.psu.edu)
Kekejaman Perang (sites.psu.edu)

Pada juli 2004, Iris divonis mengidap gangguan mental. Penyebabnya karena kurang tidur dan terlalu lelah. Ia juga terlalu dalam masuk ke risetnya yang keempat, tentang Barisan Maut Bataan.

Buku tersebut lagi-lagi menyasar pemerintah Jepang. Mengisahkan mengenai perjalanan maut tahanan tentara Sekutu dan Filipina yang dipaksa berjalan kaki ratusan kilometer oleh tentara jepang selama enam hari dalam cuaca ekstrim dan sedikit makanan.  

Iris mengalami depresi berat dan tidak mampu meninggalkan kamar hotelnya di Louisville. Ia didiagnosis menderita sakit psikosis reaktif dan harus menjalani rawat inap selama tiga hari. Setelah kepulangannya, Iris masih menderita depresi.

Selasa, 9 November 2004. Seorang petugas perusahaan air minum AS menemukan mayat Iris di mobilnya di sebuah jalan raya 17, California.

Iris diduga bunuh diri dengan cara menembakkan dirinya sendiri di mulut dengan sebuah pistol. 

Pesan Kepada Orang Tercinta

Sebelum meninggal, Iris telah meninggalkan tiga pesan kepada suami dan saudara laki-lakinya.

"[...] Saya tahu bahwa tindakan saya akan memindahkan penderitaan ini kepada orang lain, bahkan kepada orang yang paling mencintai saya. [...] Maafkanlah saya, karena saya tidak dapat memaafkan diriku sendiri."

Selepas kepergiannya, Iris mendapatkan banyak penghargaan. Sesama rekan penulisnya mempersembahkan karya literasi baginya.

Mo Hayder menulis novel untuknya, Jurnalis Richard Rongstad menulis elegi tentang Iris;

"Iris menyalakan sebuah pelita dan meneruskannya kepada orang lain. Janganlah biarkan api itu padam."

 

Referensi: 1 2 3 4 

SalamAngka

Rudy Gunawan, B.A., CPS

Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun