Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Keserakahan Pemilik Klub Liga Eropa: Tidak Sesederhana Itu, Sobat

22 April 2021   05:28 Diperbarui: 22 April 2021   05:39 445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keserakahan Pemilik Klub Liga Eropa: Tidak Sesederhana Itu, Sobat (tribunnews.com)

Liga Super Eropa dicanangkan. Awalnya sebanyak 12 tim dari 3 negara (Inggris, Spanyol, dan Italia) yang menyatakan kesediaannya. Namun, kabar terakhir 6 tim dari Inggris Raya urung masuk ke dalamnya.

Wacana liga ini diinisasi karena alasan pandemi Covid-19 yang meluluhlantakkan keuangan klub. Tapi, separah apa?

Jelas, tanpa pertandingan, tidak ada penonton, tidak ada pula siaran langsung. Padahal tiga pendapatan terbesar klub sepak bola berasal dari penjualan tiket, hadiah pertandingan, dan hak siar.

Artikel Kompasianer Irfanpras telah membahasnya dengan sangat jelas.

Baca juga: Dari Uang Tiket sampai Hadiah, Inilah Sumber Pendapatan Klub Sepak Bola.

**

Rencana ini menimbulkan banyak pertentangan. Baik dari FIFA, UEFA, Suporter, dan pemain sepak bola. Pemilik klub dituduh sebagai biang keroknya. Keserakahan menjadi penyebabnya.

Seberapa besar kerugian tim-tim sepak bola raksasa dunia atas pandemi yang melanda?

Sebagai contoh, Barcelona berada di puncak liga sebagai klub yang memiliki pendapatan terbesar sepanjang musim 2019-2020. Total pundi-pundi yang berhasil mereka kumpulkan adalah sebesar 627 juta poundsterling atau sekitar 12,5 triliun rupiah.

Namun, tim ini juga termasuk klub yang mengalami penurunan terbesar selama masa pandemi. Total kehilangannya sebesar 155 juta poundsterling. (sebesar 15%).

Sebagai akibatnya situasi finansial mereka genting. Beberapa pemain harus rela gajinya dipotong. Besarnya utang yang ditanggung klub selama beberapa musim terakhir menjadi pangkal masalahnya.

Pemilik klub yang telah menggelontorkan fulus tentu tidak mau rugi. Namun, banyak jalan menuju Roma. Liga sepak bola bukan hanya milik negara penyelenggara. Sudah menjadi tontonan dunia.

**

Tahun 2003, ketika Roman Abramovich membeli club Chelsea, mata publik mulai terbuka. Klub sepak bola adalah bisnis menggiurkan. 

Uang yang digelontorkan tidak main-main. 140 juta pounds atau setara dengan 2,6 triliun rupiah. Chelsea langsung berubah menjadi klub kaya dan patut diperhitungkan.

Eugene Tenenbaum, anggota dewan Chelsea, mengungkapkan alasan Roman membeli klub Chelsea. "Roman suka tantangan, ia suka kemenangan, dan ingin membantu."

Akuisisi Roman pada Chelsea menimbulkan era baru di pentas klub sepak bola dunia. Tahun 2008, seorang pengusaha kaya asal Uni Emirat Arab, Sheik Mansour turut membeli salah satu klub Liga Inggris, Manchester City.

Sama dengan Chelsea, Manchester City berubah menjadi klub papan atas. Padahal di tahun-tahun sebelumnya klub ini masih menikmati posisi degradasi.

Tentunya, kaum tajir yang mengakuisisi klub tidak hanya termotivasi oleh idealisme semata. Fulus tentunya yang utama. Mereka adalah pengusaha yang terbiasa dengan untung-rugi.

**

Namun, Chelsea dan Manchester City hanya segelintir contoh kisah sukses.

Jangan lupa kisah Arsenal. Berubah menjadi klub tajir dengan stadium bintang lima. Apalagi yang masih kurang darinya. Sayangnya, minim prestasi.

Aston Villa menjadi klub terdegradasi setelah pengusaha AS, Rendy Lerner menjadi pemilik.

Leeds United tak kunjung bangkit setelah GFH Capital asal Qatar mengambil alihnya.

Birmingham City mengalami kisah tragis, setelah pemiliknya, pengusaha asal Hong Kong ditangkap polisi karena kasus pencucian uang.

Belum lagi Portsmouth yang bangkrut gegara kesalahan manajemen Sulaiman Al-Fahim, pengusaha Emirat.

Jika demikian, mengapa masih banyak investor yang meminati klub sepak bola? Ternyata betul, meskipun fulus adalah segalanya, itu bukan semuanya.

James Montague, penulis buku The Billionaires Club: The Unstopable Rise of Football's Super-Rich Owner menyatakan selain keuntungan finansial, ada publisitas besar-besaran secara cuma-cuma.

Dalam waktu singkat, level pemilik klub langsung berubah menjadi selebriti. Adalah Silvio Berlusconi, raja media Italia yang membeli AC Milan di tahun 80an.

Popularitasnya langsung melonjak setelah itu. Tidak pakai lama, ia berubah menjadi salah satu orang paling berkuasa di Italia, sebelum akhirnya menjadi Perdana Menteri.   

Di Indonesia, publik terperangah ketika seorang WNI membeli klub ternama Inter Milan pada 2013 lalu. Tidak banyak yang mengenalnya saat itu, hingga kini ia menjadi salah satu orang penting di negeri ini.

Mengutip dari Kompas, Erick Thohir membeberkan alasannya membeli klub Inter Milan didasari oleh dua keputusan. Yang pertama, ia merupakan fans dari klub Italia tersebut. Yang kedua, ada kesempatan dan "tantangan."

**

Roman Abramovich pun sempat diterpa isu tak sedap. Rumornya sebagai bagian dari lingkar satu Vladimir Putin tidak menyejukkan. Praktik pencucian uang sehingga terlibat skandal Piala Dunia 2018.

Tapi, semuanya lenyap begitu saja karena citra Roman Abramovich yang terlanjur harum bersama Chelsea.

Pun halnya dengan Sheikh Mansour. Sebagai bagian dari lingkar kekuasaan Uni Emirat Arab, ia dituduh melakukan pelanggaran HAM serta kasus perbudakan dan eksploitasi anak.  Tapi, ia pun luput dari pemberitaan buruk.

Media juga terlibat dalam pembentukan citra pemilik klub. Tersebab besarnya fulus yang beredar di dalamnya.

Sebagai catatan, Liga Premier Inggris kini disiarkan di 212 negara di seluruh dunia. Nilai total hak siar adalah 2,75 miliar poundsterling di tahun 2018. Melonjak drastis dalam kurun dua dasawarsa dari 51 juta poundsterling di tahun 1997.

Skandal bagi pemilik klub akan mencoreng wajah liga sepak bola secara keseluruhan. Terlalu beresiko bagi media dan klub untuk menghancurkan bisnis yang menggiurkan.

Lagipula, pencinta sepak bola juga tidak peduli. Selama pertandingan bisa bergulir dan mencetak lebih banyak gol, maka di sanalah surga terletak.

Menarik untuk melihat kelanjutan dari wacana Liga Super Eropa. Nama besar akan menghancurkan tanah tempat kelahiran mereka. Siapakah yang akan memenangkan pertandingan? Tradisi atau Fulus?

Referensi: 1 2 3 4 5 6 

SalamAngka

Rudy Gunawan, B.A., CPS

Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun