Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Tawasutra#5: Begini Cara Lelaki Berselingkuh di Zaman Bapakmu

20 April 2021   12:00 Diperbarui: 20 April 2021   12:05 1077
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tawasutra#5: Begini Cara Lelaki Berselingkuh di Zaman Bapakmu (radarsurabaya.jawapos.com - Ilustrasi Iso Ae (GRAFIS: FAJAR KRISNA))

Ini adalah kisah kasih romantis. Tentang Uya dan Ayu (nama samaran). Mereka hidup di zaman bapakmu.

Tapi, sebelum kamu, kamu, dan kamu lanjut membaca tulisan ini, jangan kaget dulu. Tersebab, apa pun tentang zaman bapakmu, bisa saja melibatkan bapakmu juga.

Uya dan Ayu (sekali lagi nama samaran) adalah sepasang kekasih. Uya adalah seorang pria ceking berkumis tipis. Sekilas tampangnya mirip Engkong Felix zaman bahulea (bukan nama samaran).

Ayu adalah seorang gadis rupawan, dengan bando yang selalu tersemat di atas kepalanya. Sayangnya ia merupakan seorang wanita baik-baik yang terjerumus dengan rayuan kenthirisme si Uya.

Ayu masih gadis, namun Uya sudah beristri. Satu tidak cukup, membuat dua menjadi pilihan.

Bagaimana dengan istri Uya? Ia tidak marah, sebabnya Uya sangat lihai menyembunyikan hobinya. Dengan cara yang sangat canggih untuk versi bapakmu.

**

Suatu waktu Uya menceritakan tentang trik perselingkuhannya kepada diriku (yang kala itu masih ingusan).

Seperti biasa, Uya pulang kerja di sore hari pukul 17.00. Sebelum tiba di rumah, ia singgah ke sebuah telpon umum yang berada tidak jauh dari rumahnya.

"Operator, pager nomor xxxx. Pesannya: "Segera bertemu di restoran yyyy." Pengirim: Mr.zzzz (atasan Uya)."

"Oh ya, dikirim setengah jam kemudian, Min. Eh, Operator." Lanjutnya.

Dengan santai ia pun mengendarai vespa px-150 nya menuju pulang. Sesampainya di rumah, Uya menyimpan mesin pagernya di atas meja. Tempat yang mudah diraih oleh istrinya.

Uya pun menyelongsor mandi, setelah mencium pipi istrinya yang temben.

Sedang asyik-asyiknya berdendang lagu Halo-halo Bandung di kamar mandi, Uya mendengar suara pagernya berbunyi. Senyum simpul tampak mencuat dari bibirnya yang lebar.

"Pa, ada pesan dari Mr.zzzz, atasanmu. Katanya disuruh ketemu sekarang di restoran yyyy," teriak istri Uya dari balik pintu kamar mandi.

"Okey beib, eh... okey mama," jawab Uya. Senyumnya semakin melebar hingga bibirnya monyong terlihat.

**

Pager adalah teknologi canggih di zaman bapakmu. Uya yang bekerja sebagai tenaga penyelia di sebuah perusahaan swasta, bangga memilikinya. Terlihat keren jika disematkan di tali ikat pinggang.

Benda persegi empat kecil ini sangat mudah dibawa kemana-mana, dan bisa menerima pesan dari siapa saja. Dengan demikian, Uya bisa menenangkan istrinya.

"Tenang beib (ehhh... ma), pokoknya kalau butuh aku, kamu sisa telpon ke operator." Pesan Uya kepada istrinya.

Istri Uya pun senang. Ia tidak khwatir lagi si Uya menghilang.

Sayangnya perasaan tenang istri Uya bagai pedang bermata dua. Uya tidak khwatir jika istrinya mengirim pesan. Kecanggihannya setara dengan kaum milenial, mampu memanfaatkan teknologi untuk menyalurkan hobinya yang ehem... (harap jangan ditiru).

Sedari dulu ibu kota sudah macet. Menelpon kembali ke rumah bisa makan waktu berjam-jam lamanya. Begitu aja kok repot.

**

Lagi pula, si Uya sudah sering diajak bosnya miting. Susasana penuh ketegangan. Tapi, selalu berjalan dengan penuh hikmah.

Bos marah-marah gegara target penjualan tidak tercapai. Tidak ada yang berani melirik hapenya, karena memang belum ada. Tidak ada yang berani menganggu suasana. Kecuali bunyi interkom dari sekretaris cantik si bos.

Dalam suasana genting, miting bisa sampai jam dua pagi. Istri Uya sudah terbiasa dengan tumpukan laporan yang harus diketik Uya dengan mesin ketik. Tersebab besok pagi sudah harus ada di atas meja bos.

Dalam suasana penting, miting bisa juga sampai dua pagi. Badan pegal, kadang perlu dipijitin. Sentuhan tangan Ayu luar biasa. Ia tahu dimana bagian penting yang harus dipijitin.

**

Ayu adalah gadis naif. Memang ia tidak terkontaminasi oleh medsos. Namun, ia terlalu suka dengan lagu Hati Selembut Salju-nya Jamal Mirdad

Lirik:

Lembayung sutra di ufuk mulai bercahya

Hatiku pun ingin bertanya

Bila engkau tiba jangan hanya berita

Datanglahhh, dengan cinta...

Lagu tersebut didengar berulang-ulang kali. Entah lewat radio transistor atau mini compo miliknya. Jamal Mirdad adalah pujaan hatinya. Doanya menjadi kenyataan.

Jadilah Ayu bertemu Uya. Kumis tipisnya mirip-mirip. Jamal Mirdad kawe dua pun tidak apa-apa. Yang penting hatinya selembut salju.

Apalagi Ayu baru saja dighosting sama si Oji. Anak muda seusia bapakmu yang baru saja mulai belajar jualan emas.

Uya yang kawakan pun dak peduli lagi. Baginya Ayu adalah bidadari. Beda-beda tipis dengan penyanyi Nia Daniati. Harus dijaga baik-baik, seperti gelas-gelas kaca.

**

Pernah suatu waktu si Ayu merengek-rengek minta dibawa ke Dufan. Sebabnya Ayu adalah mantan anak pingitan. Jangankan kolam renang, kuda guliran saja tidak pernah dinaikinya.

Ayu membayangkan mesranya ia naik kuda-kudaan yang jalan melingkar. Bagaikan dua artis Bollywood yang sedang dimabuk asmara.

Sayangnya, Uya tidak mau. Ia beralasan kumis tipisnya bisa rusak diterpa angin. Padahal, Uya malu. Mana ada lelaki berwibawa di zaman bapakmu naik kuda-kudaan.

Tapi, ide liar muncul dari kepalanya. Ia ingin menikmati malam bersama dengan sang primadona kolong jembatan. Puncak terasa lebih pas. Angin kencang dari dataran tinggi tidak akan merusak kumisnya yang tipis.

Uya perlu dua tiga hari untuk minta izin ke istrinya. Jadilah mesin fax yang jadi sasaran. Mesin yang baru dibeli perusahaannya itu, sangat pas dengan rencananya.

**

Dibuatlah undangan miting dari instansi bla-bla-bla. Menandakan adanya meeting penting di akhir minggu. Tepatnya di puncak, tempat yang pas untuk berjoget ala bombai.

Surat dibuat demikian meyakinkan. Tidak perlu pake potosop, cukup ketikan tangan dengan kop surat perusahaan. Bayarannya hanya sepiring gorengan, buat si sekretaris cantik sang bos. Jadilah visa perjalanan yang direstui oleh istri di rumah.

**

Uya suka main badminton. Ia mengidolakan Liem Swie King untuk sebuah alasan jelas. Bisa bersanding dengan Eva Arnaz dalam pelukan. Meskipun ia takbisa "king smash." Alasannya, kumis tipis bisa terbongkar.

Uya bersyukur mengenali olahraga ini, waktu yang terbagi di sana sekarang bisa digunakan untuk berduaan dengan Ayu.  

Biasanya di malam hari. Berlangsung dua hingg tiga jam. Kata Engkong, berkeringat itu penting, tubuh sehat jadinya. Bapak-bapak tentu senang. Dua jam cukup untuk  rendesvouz. Toh, sama-sama berkeringat. Tujuan "olahraga" tercapai.

**

Suatu waktu Ayu dilanda rindu. Ia lupa jika medsos belum lahir di zaman itu. Merindukan kumis tipis Uya adalah hal yang menyiksa.

Apa daya, Uya takbisa ke kos-kosan Ayu. Sudah akhir bulan. Uya takut Ayu minta traktiran bakso. Beras di rumah saja belum kebeli. Namun, Uya masih punya banyak sisa recehan.

Telpon umum bertebaran di mana-mana. Duduk di atas motor, memadu rindu, sudah terbiasa menjadi pemandangan sore-sore di zaman bapakmu.

**

Uya adalah pujangga centang unyu-unyu. Jika rindu membuncah, ia ingin menuangkannya dalam tulisan. Orang di zaman bapakmu tulisannya panjang-panjang. Soalnya belum ada emotikon sebagai ungkapan cinta.

Untungnya Uya telah belajar menulis dari buyutnya Daeng KP. Si Khrisna Pabichara saja baru belajar mengeja "Ini Mas Budi."

Isi hatinya harus jelas. Harga perangko dan amplop wana-warni cukup mahal.

Uya tidak lupa menyemprotkan parfum. Bau badan abang tukang pos apeknya minta ampun. Uya tidak mau Ayu ilfil gegara itu.

**

Ini adalah salah satu kisah di hari minggu, di saat lelaki dari zaman bapakmu masih perkasa-perkasa saja.

Apa yang dilakukan oleh Uya untuk berselingkuh dengan Ayu, hanya salah satu contoh di antara puluhan cara lainnya. Ingat ya, bukan berarti bapakmu tukang selingkuh lho.

Tapi, faktanya selingkuh dan segala triknya sudah ada jauh hari sebelum bapakmu lahir.

Tidak perlu ponsel atau pun medsos. Membuktikan bapakmu masih jauh lebih lihai dari para milenial.

Ada pun ada yang masih menanyakan tentang Engkong Felix. Tulisan ini kudedikasikan baginya. Tesebab ia adalah pria dari zaman bapakmu. Semoga beliau bisa menambahkan kisah ini.

SalamAngka

Rudy Gunawan, B.A., CPS

Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun