Berbeda dengan masyarakat barat yang menganggap anak adalah individu bebas, masyarakat Tionghoa sendiri menganggap anak adalah cerminan reputasi bagi orangtuanya.
Itulah mengapa tradisi yang masih ada dianggap sebagai warisan yang harus dipertahankan. Dianggap sebagai bagian dari pesan orangtua kepada anak yang harus dijaga.
Mempertahankan Budaya
Setiap suku bangsa memiliki tradisinya masing-masing. Upacara besar seperti pernikahan atau kelahiran anak masih mengikuti adat-istiadat yang berlangsung ratusan tahun lamanya.
Meskipun ada beberapa yang sudah tidak relevan lagi, tapi tetap saja dijalankan. Begitu pula dengan hal-hal kecil dalam kehidupan sehari-hari. Tidak perlu dipahami secara kritis. Cukup dijalankan saja, sudah mewakili siapa diri Anda sebenarnya.
Takut Kualat
"Dilarang cuci rambut di hari pertama imlek." Pesan yang sudah mandarah daging. Katanya sih, hoki bisa hilang. Jika pesan ini sudah berlaku umum, masih adakah yang ingin coba-coba?
Meskipun hoki tidak ada hubungannya dengan cuci rambut, tapi sugesti yang ditanamkan sudah terlalu kuat. Lagipula, tidak ada salahnya untuk diikuti. Rambut gatal sehari pantas dicoba daripada hoki setahun akan hilang terbilas.
Mengingat Kampung Halaman
Adik saya sudah menetap di Amerika Serikat selama berpuluh-puluh tahun lamanya. Memang tidak semua adat-istiadat ditelannya bulat-bulat. Tapi, beberapa hal yang dianggapnya penting masih dipertahankan.
Menurutnya, hal tersebut mengingatkannya pada kampung halaman tempat ia tumbuh besar. Juga untuk mengajarkan anaknnya agar tidak "kagok" jika mengunjungi kota Makassar melihat kebiasaan kakek neneknya.