Kemarahan Putri Margaret semakin membuncah ketika autobiografi "Diana: Her True Story -- In Her Own Words" yang ditulis oleh Andrew Morton muncul pada tahun 1992.
Semuanya disebabkan karena Margaret terlalu mencintai Ratu Elizabeth. Ia pernah menumpahkan rasa keprihatinan kepada kakaknya kepada salah seorang sahabatnya;
"Kasihen Lilibet (nama kecil Ratu Elizabeth) dan Charles yang harus berusaha menyingkirkan gadis keparat itu, tapi tak juga kunjung pergi."Â
Bahkan ketika Putri Diana meninggal dalam kecelakaan tragis tahun 1997, Putri Margaret bahkan tidak memaafkannya. Dalam buku biografinya yang berjudul "Ma'am Darling: 99 Glimpses", Putri Margaret bahkan berkata;
"Kematian Putri Diana ini memang layak untuk seorang seperti Diana."
Permusuhan Putri Margaret tidak hanya sebatas kepada Diana saja. Ia juga menyimpan amarah besar kepada istri Pangeran Andrew, Sarah Ferguson.
Isunya tidak jauh-jauh dari skandal perceraian Sarah dan Andrew.
Setelah bercerai, Sarah Ferguson mengirimkan sebuah karangan bunga kepada Putri Margaret. Isinya adalah ucapan permohonan maaf karena perceraiannya dengan Pangeran Andrew 1992 silam.
Namun, karangan bunga tersebut dikembalikan oleh Putri Margaret. Tak lupa pula sebuah pesan yang tertulis;
"Berani-beraninya kamu mengirimiku karangan bunga, pernahkan berpikir soal kekacauan yang sudah kamu perbuat di keluarga Kerajaan Inggris?"
Pesan ini terbuka dalam sebuah film dokumenter tentang Sarah Ferguson yang berjudul "Fergie: Downfall of the Duchess," tahun 1997.