Sang penumpang menjawab, "bagaimana saya bisa sembahyang, pak. Badan saya terikat begini."
Mahrizal dan Zulfikar juga sering melecehkan penumpang.
"Kamu ini Islam munafik, tidak mau berjuang seperti kami." Ujar mereka.
Di lain kesempatan, pada saat pesawat berhenti lama di bandara Bangkok, dan mesin pesawat dalam keadaan mati, seorang penumpang yang kepanasan meminta izin untuk salat. Tapi, salah satu pembajak justru menghardik dan melarangnya.
"Kalau kamu sudah mau dimatiin, baru ingat sembahyang, ya?"
para pembajak juga memamerkan sikap militansi mereka berjuang membela Islam.
"Kamu semua harus saya bawa ke Libya. Di sana baru kamu bisa lihat kesengsaraan manusia. Kalau di sini kalian masih mampu bermanja-manja dan hidup enak," kata Mahrizal.
Saat itu Libia memang sedang akrab dengan situasi perang dan penderitaan. Â
Dikutip dari Harian Militer Angkatan Bersenjata (02/04/1981). Seorang wanita berusia 21 tahun bernama Emmy membuat pengakuan;
Awalnya ia mengira para pembajak berhati baik. "Tengah mencari orang jahat di antara penumpang." Namun, anggapan tersebut berubah setelah para pembajak menyita semua barang berharga milik penumpang.
Pada hari-hari berikutnya ketika semua sudah lelah, sikap para pembajak semakin menjadi-jadi. Mereka sering mengumpat, bersikap kasar kepada penumpang, dan melecehkan penumpang wanita.