Kepada Edy ia berkata suatu hari nanti ia akan membayar kembali emas yang diambilnya dari Zaiwar. Sofyan tidak pernah terdengar lagi sesudah itu.
Zulfikar alias Tenku Djohan Meraza
Zulfikar adalah tetangga Mahrizal setelah ia pulang kembali ke Indonesia. Zulfikar kelahiran Banda Aceh dan pindah ke Jakarta tahun 1973. Ia pemegang sabuk biru karate dan fasih berbahasa Inggris.
Atas kemampuannya ini, Zulfikar pernah bekerja di hotel Hilton sebagai security selama 2 tahun. Namun, akhirnya dipecat karena tidak masuk kerja tanpa pemberitahuan selama 10 hari.
Zulfikar dideskripsikan sebagai "seorang yang lembut, berjiwa sosial, tapi labil" oleh pelatih karatenya. Sebelum belajar karate, ia adalah pemabuk dan pernah terlibat tindak kriminal membawa ganja dari Banda Aceh ke Medan.
Peristiwa di Pesawat
"Kalau tidak membunuh ya dibunuh."
Sebuah oretan di dinding ditemukan di Hotel Lusyana, tempat pembajak menginap sebelum naik pesawat. Mencerminkan tekad mereka yang bulat untuk mati demi tujuan yang ingin dicapai.
Dalam pesawat, Zulfikar banyak sesumbar mengenai keberanian mereka melawan pemerintah yang zalim. Penyerangan ke Kosekta dianggap sebagai simbol perlawanan yang tinggi.
"Saudara-saudara tahu, kami ini tidak takut dengan siapa pun. Kami sendiri pernah menyerbu ABRI di sarangnya. Ini Wendy berhasil kami bebaskan." Ungkap Zulfikar.
Zulfikar juga dibakar fanatisme. Kenyataan hidup seolah-olah tidak penting dibandingkan tujuan mulia mereka. Ia sesumbar rela keluar dari Hilton demi perjuangan memenangkan Islam.
Mereka rajin sholat. Azan selalu dikumandangkan setiap waktu salat. Mereka juga secara demonstratif melakukan salat 5 waktu dan menghina penumpang lain yang beragama Islam.
"Hey... kamu Islam, kenapa dari tadi saya lihat kamu tidak pernah sembahyang?"Â Hardik Abu Sofyan.