Para penumpang juga tidak dikasih makan yang cukup. Sehari hanya sehelai roti tawar dan segelas air putih. Jika ingin ke toilet, harus atas izin pembajak. Pintu toilet tidak bisa ditutup. Para penumpang juga diminta untuk membersihkan toilet secara bergiliran.
Selama penerbangan, semua tangan penumpang harus berada di sandaran kursi dengan telapak tangan yang terlentang.
"Rasanya tangan mau patah dan keram, susah bernafas." Ujar salah seorang penumpang.
Untuk mengisi kekosongan, para pembajak memberikan ceramah kepada penumpang. Isinya tentang kekejaman rezim Soeharto yang memang terkenal sering menyudutkan kelompok Islam radikal.
"Sehari bisa dua hingga tiga kali diceramahin." Ujar Tjipto.
Selama ceramah berlangsung, penumpang tidak bisa berkata apa-apa. Tapi, tidak bisa juga mengabaikannya. Memalingkan muka sedikit saja, pukulan melayang.
"Yang paling pintar ceramah namanya Mahrizal. Ia adalah ketua dari kelompok pembajak. Di awal-awal ceramah selalu menempatkan diri paling suci. Tapi, lama kelamaan omongannya sudah tidak enak didengar lagi." Sambung Tjipto.
Di tengah penderitaan, beberapa sandera mencoba untuk melawan. Anwar termasuk salah satunya. Ia mempelajari gerak-gerik pembajak dan saling bertukar kode tangan dan mata dengan beberapa penumpang lain.
Namun, rencana itu tidak pernah dilakukan. Dua penumpang telah terburu nekat melarikan diri dari pesawat.
Dua penumpang itu bernama Robert Wainwright dan Carl Schnider. Wainwright kabur melalui pintu darurat pesawat pada minggu siang dan Scnhider pada sore harinya. Wainwright berhasil melarikan diri, tapi tidak bagi Schnider. Ia tertembak di bahu.