Inilah puncak drama penyelamatan pembajakan pesawat Garuda Indonesia Airways DC-9 yang dikenal dengan nama "Pembajakan Woyla," tepat pada tanggal 31 Maret saat Mabes Polri diserang teroris, 40 tahun yang lalu.
Peristiwa tersebut adalah pembajakan pesawat komersil pertama di Indonesia dan juga yang terakhir. Mengangkat nama pasukan Sandi Yudha (Koppasandha) yang sekarang bernama Komando Pasukan Khusus (Kopassus).
**
Sabtu 28 Maret 1981, pukul 09.05 pagi
Suasana riuh seperti warteg. Tidak ada penjagaan apalagi pengamanan. Orang bebas keluar masuk tanpa pemeriksaan.
Tjipto Harsono, salah satu penumpang pesawat berada di ruang tunggu. Ia semeja dengan seorang penumpang di pesawat yang sama. Tjipto berbaik hati membelikan segelas kopi dan mengajak kawan barunya mengobrol.
Di meja lain tampak seorang penumpang bernama Anwar. Ia terlihat gelisah dengan suasana bandara Palembang yang riuh. Pengamanannya begitu longgar. Perasaannya semakin tidak enak setelah ia mengamati gerakan dua orang asing yang mencurigakan. Salah satunya menenteng tas berwara cokelat.
Maksud hati ingin menyampaikan kepada perugas di tangga pesawat, tapi urung karena pesawat sebentar lagi akan lepas landas.
Di atas pesawat, Anwar menceritakan kegelisahannya kepada Budianto yang duduk di sebelahnya. Budianto hanya mendengarkan dan tetap tenang.
Pesawat lepas landas dengan aman. Para penumpang duduk santai ketika pramugari mulai membagikan makanan.
"Jangan bergerak! Jangan bergerak atau saya tembak!"Â