Para PSK dari berbagai negara menjadikannya sebagai markas. Pelancong tanpa keluarga juga sudah mengetahuinya. Dalilnya shopping untuk istri tercinta, tapi serasa kurang sreg jika tidak melepaskan syahwat.
Ada lebih kontroversial lagi. Menawarkan jasa esek-esek tepat di tengah-tengah keriuhan para penegak hukum. Duxton Hill namanya, lokasinya di gedung perkantoran Mal Adelphi. Tempat berbagai firma hukum membuka praktik. Hanya terpaut beberapa ayunan langkah dari Kementerian Hukum Singapura.
Gadis dari negara maju bukan jaminan bebas prostitusi. Jepang, Eropa, Korea, Rusia, hingga Amerika pun terbukti keterlibatannya.
Adalah sebuah hotel berbintang di Kawasan elit Singapura. Muncikarinya bukan orang biasa. Tersebab pelanggannya konon adalah para pejabat dan pengusaha.
Medsosnya ramai dikunjungi. Hasil jepretan fotografer professional menyertai. Bayarannya tidak murah.
Nomor yang bisa dihubungi berganti-ganti. Dikirimkan via aplikasi pesan kepada para pelanggan setia. Di dalamnya ada nomor pemesanan gadis.
Tidak serampangan, harus dipecahkan dengan kode rahasia. Biasanya ditambahkan, dikurangi, atau dijumlahkan dengan angka-angka tertentu.
Kode keras akan masuk via aplikasi pesan. Password pun silih berganti. Bisa ini, bisa itu. Jika berminat, maka ada nomor yang wajib dihubungi.
Tidak ada percakapan yang diizinkan. Cukup menyebutkan password, nomor, dan jam pertemuan.
Tepat waktu adalah hal wajib. Menunggu di lobi hingga seseorang datang menghampiri. Kunci kamar diberikan, sang gadis dari negeri Sakura telah menunggu. Duduk manis dengan wajah ayu.