Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Rima dalam Percakapan Lisan, Rahasia Mantra Sebuah Ucapan

15 Maret 2021   19:22 Diperbarui: 15 Maret 2021   19:45 619
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rima adalah pengulangan bunyi yang berselang, baik di dalam larik sajak maupun pada akhir larik sajak yang berdekatan (Wikipedia).

Dalam sebuah literasi, rima sering digunakan untuk memperindah tulisan. Teknik ini sering saya gunakan baik dalam membuat judul atau pun pada isi.

Tujuannya untuk mendulang jumlah pembaca dan memanjakan mata agar tulisan dibaca sampai habis. Sudah sangat umum.

Namun, sebagai pembicara publik, saya baru sadar jika rima kata tidak saja hanya berfungsi pada tulisan. Dalam pidatonya yang fenomenal tentang Jas Merah, Soekarno telah membuktikannya.

"[...] Sekali lagi saya ulangi kalimat ini, membuang hasil-hasil positif dari masa yang lampau tidak mungkin. Sebab, kemajuan yang kita miliki sekarang ini adalah akumulasi, adalah akumulasi, daripada hasil-hasil perjuangan di masa lampau."

Dalam pidato tersebut kita bisa melihat pengulangan dari beberapa kata, seperi masa lampau, akumalasi, hasil-hasil. 

Memang kelihatan sederhana. Tidak puitis bak karya puisi dunia. Tapi, Soekarno telah membuktikan bahwa pengulangan kata (bunyi) yang berselang dapat menyihir pendengarnya.

Sehari yang lalu saya menonton sebuah tayangan dari History Channel. Dalam tayangan tersebut sebuah survei diselenggarakan. 

Terdapat dua kalimat yang artinya sama. Partisipan hanya diminta, apakah mereka setuju dengan pernyataan tersebut.

"Courages and measures will win you trasures."

Partisipan yang diminta untuk membacakan tulisan pertama ini rata-rata menyatakan setuju dengannya. 

Tulisan berikutnya kemudian diganti, dan partisipan dari kelompok yang berbeda dimintai pendapatnya;

"Courages and measures will win you riches."

Mengejutkan. Partisipan gelombang kedua ini justru tidak setuju dengan pernyataan tersebut.

Dalam bahasa Inggris kata "treasures" bisa berarti banyak hal. Termasuk kata "riches" sendiri yang berarti kaya. Namun, apakah yang terjadi?

Ternyata semuanya berhubungan dengan habitat manusia yang menyukai konsistensi. Dan Rima Kata dianggap sebagai sebuah konsistensi, karena adanya pengulangan kata (atau bunyi).

Coba bayangkan, pacar Anda bertanya, "apakah engkau mencintaiku?"

Jika Anda menjawab "iya" sebanyak sembilan kali, dan "pikir-pikir dulu" sebanyak satu kali saja. Tamatlah Anda.

Tidak jarang kita menemukan perpecahan di antara para sahabat. Seorang yang sudah terbiasa berkontribusi akan dimusuhi jika ia tidak ingin terlibat lagi. Padahal bisa saja ia memiliki alasannya sendiri.

Tidak semua politikus itu busuk. Namun, profesi ini dianggap buruk karena tidak pernah konsisten. Padahal dalam politik kepentingan selalu diutamakan.

Manusia bahkan menganggap konsistensi sebagai cara untuk bertahan hidup. Di masa dunia masih purba, hidup berkelompok menjadi keharusan. 

Dalam masyarakat primitif yang masih hidup dalam kelompok kecil, setiap orang harus eksis berdasarkan fungsinya masing-masing.

Pria dewasa harus berburu dan siap menjadi prajurit di saat musuh menyerang. 

Kaum wanita harus bisa memasak dan melayani kebutuhan suaminya. Jika ada salah satu yang menolak kodratnya, maka ia akan terkucilkan.

Sebabnya, satu sikap inkonsisten akan menimbulkan petaka bagi para moyang yang hidup di alam liar. 

Di dunia modern, integritas seseorang bahkan dilihat dari seberapa konsisten ia dalam menjalani hidup.

Manusia telah belajar konsisten sejak dahulu kala. Atau lebih tepatnya, Tuhan telah memberikan perintahnya kepada manusia untuk bersifat konsisten. Keyakinan pada suatu agama adalah konsistensi. 

Lupakan sejenak mengenai Tuhan. Dalam psikologi ada sebuah teori bernama Disonansi Kognitif. Teori ini merupakan bagian dalam psikologi sosial dan dipopulerkan oleh psikolog Leon Festinger pada tahun 1950an.

Teori ini membahas tentang ketidaknyamanan seseorang akibat sikap yang saling bertentangan serta langkah yang diambil untuk mengurangi ketidaknyamanan tersebut.

Lebih lanjut, Leon menjelaskan dalam teorinya bahwa;

Manusia memiliki hasrat akan adanya konsistensi terhadap sikap. Hal ini disebabkan karena kepentingan manusia terhadap stabilitas yang bisa diperoleh dari konsistensi (sesuatu yang terukur).

Disonansi adalah sesuatu yang tidak terukur dan akan menimbulkan ketidaknyamanan. 

Oleh sebab itu, langkah yang diambil oleh manusia terhadap disonansi adalah keluar dari lingkar ketidaknyamanan tersebut, dengan membentuk opininya sendiri.

Salah satu contoh sederhana dari Disonansi Kognitif adalah kisah fabel Aesop yang berjudul "Serigala dan Anggur."

Dikisahkan bahwa seekor serigala melintasi pohon anggur. Lapar dan haus, sang serigala menempuh segala upaya untuk mengambil anggur ranum tersebut. Sayangnya usahanya tidak berhasil. Akhirnya ia pergi meninggalkan pohon anggur tersebut dengan asumsi;

"Anggur itu pastilah masam."  

Dengan kata lain, manusia membutuhkan rasa aman. Mendengarkan apa yang ingin didengarkan. Konsistensi adalah sistem pertahanan kognitif untuk menciptakan rasa aman.

Dengan demikian, rima kata tidak saja berfungsi untuk memperindah tulisan atau puisi. Dalam percakapan lisan, rima juga berguna untuk meningkatkan kepercayaan dari audiens kita.

Tahukah Anda, meskipun teori Disonansi Kognitif baru ditemukan pada awal 1950an, tapi sebenarnya rahasia ini telah dipahami oleh para moyang sebelumnya?

Mantra adalah ciptaan peradaban masa lalu. Isinya merupakan doa bagi semesta agar segala sesuatu dimudahkan. Namun, ia juga memiliki sisi yang lain. Harus bisa menciptakan ketenangan dan kepercayaan dari para manusia terhadap kesaktian mantra tersebut.

Coba simak mantra Sihir Lontar Pinang Lontar berikut ini;

Sihir lontar pinang lontar
terletak di ujung bumi
Setan buta jembalang buta
akan sapa tak berbunyi

Adakah yang tahu apa arti dari sihir tersebut? Yang pasti isinya ampuh karena menggunakan rima kata.

Referensi: 1 2 3 4

SalamAngka

Rudy Gunawan, B.A., CPS

Numerolog Pertama di Indonesia -- versi Rekor MURI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun