Oleh sebab itu, langkah yang diambil oleh manusia terhadap disonansi adalah keluar dari lingkar ketidaknyamanan tersebut, dengan membentuk opininya sendiri.
Salah satu contoh sederhana dari Disonansi Kognitif adalah kisah fabel Aesop yang berjudul "Serigala dan Anggur."
Dikisahkan bahwa seekor serigala melintasi pohon anggur. Lapar dan haus, sang serigala menempuh segala upaya untuk mengambil anggur ranum tersebut. Sayangnya usahanya tidak berhasil. Akhirnya ia pergi meninggalkan pohon anggur tersebut dengan asumsi;
"Anggur itu pastilah masam." Â
Dengan kata lain, manusia membutuhkan rasa aman. Mendengarkan apa yang ingin didengarkan. Konsistensi adalah sistem pertahanan kognitif untuk menciptakan rasa aman.
Dengan demikian, rima kata tidak saja berfungsi untuk memperindah tulisan atau puisi. Dalam percakapan lisan, rima juga berguna untuk meningkatkan kepercayaan dari audiens kita.
Tahukah Anda, meskipun teori Disonansi Kognitif baru ditemukan pada awal 1950an, tapi sebenarnya rahasia ini telah dipahami oleh para moyang sebelumnya?
Mantra adalah ciptaan peradaban masa lalu. Isinya merupakan doa bagi semesta agar segala sesuatu dimudahkan. Namun, ia juga memiliki sisi yang lain. Harus bisa menciptakan ketenangan dan kepercayaan dari para manusia terhadap kesaktian mantra tersebut.
Coba simak mantra Sihir Lontar Pinang Lontar berikut ini;
Sihir lontar pinang lontar
terletak di ujung bumi
Setan buta jembalang buta
akan sapa tak berbunyi
Adakah yang tahu apa arti dari sihir tersebut? Yang pasti isinya ampuh karena menggunakan rima kata.