Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Rima dalam Percakapan Lisan, Rahasia Mantra Sebuah Ucapan

15 Maret 2021   19:22 Diperbarui: 15 Maret 2021   19:45 619
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam masyarakat primitif yang masih hidup dalam kelompok kecil, setiap orang harus eksis berdasarkan fungsinya masing-masing.

Pria dewasa harus berburu dan siap menjadi prajurit di saat musuh menyerang. 

Kaum wanita harus bisa memasak dan melayani kebutuhan suaminya. Jika ada salah satu yang menolak kodratnya, maka ia akan terkucilkan.

Sebabnya, satu sikap inkonsisten akan menimbulkan petaka bagi para moyang yang hidup di alam liar. 

Di dunia modern, integritas seseorang bahkan dilihat dari seberapa konsisten ia dalam menjalani hidup.

Manusia telah belajar konsisten sejak dahulu kala. Atau lebih tepatnya, Tuhan telah memberikan perintahnya kepada manusia untuk bersifat konsisten. Keyakinan pada suatu agama adalah konsistensi. 

Lupakan sejenak mengenai Tuhan. Dalam psikologi ada sebuah teori bernama Disonansi Kognitif. Teori ini merupakan bagian dalam psikologi sosial dan dipopulerkan oleh psikolog Leon Festinger pada tahun 1950an.

Teori ini membahas tentang ketidaknyamanan seseorang akibat sikap yang saling bertentangan serta langkah yang diambil untuk mengurangi ketidaknyamanan tersebut.

Lebih lanjut, Leon menjelaskan dalam teorinya bahwa;

Manusia memiliki hasrat akan adanya konsistensi terhadap sikap. Hal ini disebabkan karena kepentingan manusia terhadap stabilitas yang bisa diperoleh dari konsistensi (sesuatu yang terukur).

Disonansi adalah sesuatu yang tidak terukur dan akan menimbulkan ketidaknyamanan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun