Dalam masyarakat primitif yang masih hidup dalam kelompok kecil, setiap orang harus eksis berdasarkan fungsinya masing-masing.
Pria dewasa harus berburu dan siap menjadi prajurit di saat musuh menyerang.Â
Kaum wanita harus bisa memasak dan melayani kebutuhan suaminya. Jika ada salah satu yang menolak kodratnya, maka ia akan terkucilkan.
Sebabnya, satu sikap inkonsisten akan menimbulkan petaka bagi para moyang yang hidup di alam liar.Â
Di dunia modern, integritas seseorang bahkan dilihat dari seberapa konsisten ia dalam menjalani hidup.
Manusia telah belajar konsisten sejak dahulu kala. Atau lebih tepatnya, Tuhan telah memberikan perintahnya kepada manusia untuk bersifat konsisten. Keyakinan pada suatu agama adalah konsistensi.Â
Lupakan sejenak mengenai Tuhan. Dalam psikologi ada sebuah teori bernama Disonansi Kognitif. Teori ini merupakan bagian dalam psikologi sosial dan dipopulerkan oleh psikolog Leon Festinger pada tahun 1950an.
Teori ini membahas tentang ketidaknyamanan seseorang akibat sikap yang saling bertentangan serta langkah yang diambil untuk mengurangi ketidaknyamanan tersebut.
Lebih lanjut, Leon menjelaskan dalam teorinya bahwa;
Manusia memiliki hasrat akan adanya konsistensi terhadap sikap. Hal ini disebabkan karena kepentingan manusia terhadap stabilitas yang bisa diperoleh dari konsistensi (sesuatu yang terukur).
Disonansi adalah sesuatu yang tidak terukur dan akan menimbulkan ketidaknyamanan.Â