Mereka pada umumnya berasal dari kaum kasta Madiga dan Valmiki. Dua kasta terendah di India. Menjadi kasta terendah tidaklah mudah. Mereka tidak memiliki rumah yang layak untuk dihuni. Tidak memiliki pendidikan yang mumpuni dan tidak memiliki banyak pekerjaan yang bisa dipilih. Hidup dalam kemiskinan adalah makanan sehari-hari.
Para orangtua tidak hanya menjual anaknya sendiri. Mereka juga bertindak sebagai germo bagi para pria hidung belang. Terlalu banyak Devadasi yang tersedia. Persaingan tidaklah mudah.
Pada saat sang gadis kecil melayani tamu terhormatnya, para orangtua akan menunggu di luar gubuk hingga syahwat terpenuhi.
Di India, praktik Devadasi modern banyak ditemukan di wilayah Karnataka, Andra Pradesh, dan Maharashtra. Adalah Dewi Yellamma yang diyakini sebagai dewi pelindung para Devadasi.
Puncak perekrutan para Devadasi biasanya berlangsung bersamaan dengan perayaan festival Saundatti yang berlokasi di kuil Yellamma di sebelah utara Karnataka.
Pada festival yang biasanya berlangsung selama bulan November ini, para gadis pun ditahbiskan. Orangtua akan memilih hari yang tepat untuk perayaan. Pada hari tersebut para gadis dibalut dengan kain berwarna hijau. Devadasi senior kemudian menjadi pemandu yang muda dalam penahbisan.
Devadasi yang masih di bawah umur tidak serta merta menjadi pelayan seks. Mereka harus menunggu masa akhil balik. Jika menstruasi pertama sudah tiba, orangtua mereka akan segera mengabari masyarakat sekitar. Â
Tujuannya untuk membantu mendapatkan orang kaya yang berani membeli pelayanan sang Devadasi belia.
Sang pemilik baru Devadasi bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan finansial keluarga, selama mereka masih "dipakai." Gadis perawan biasanya bernilai lebih tinggi, dibandingkan dengan yang sudah "bekas."