Kepergian Artidjo Alkostar membuat publik terhenyak. Tersebab ia adalah sosok penegak hukum yang bersih. Bagai Mutiara di tengah air mendidih. Jelas reputasi ini tidak didapat dalam semalam. Semuanya melalui pembuktian yang penuh cobaan berat.
Artidjo telah pergi. Namanya akan selalu bersemi. Ia telah memberikan contoh. Bagaimana kejujuran akan selalu memiliki tempat tersendiri.
Sosok Artidjo lantas mengingatkan penulis dengan salah satu legenda hukum Indonesia. Siapa lagi kalau bukanBaharuddin Lopa.
Pria kelahiran Polewali Mandar, 27 Agustus 1935 ini telah menjadi ikon hukum berintegritas di Indonesia. Bahkan dalam debat Pilpres 2019 lalu, baik Jokowi dan Prabowo menyebut nama beliau sebagai sosok yang harus dipanuti.
Penulis tidak akan membahas sepak terjang beliau dalam dunia hukum. Berbagai sumber terpercaya telah menjelaskannya dengan sangat detail. Seorang Lopa yang memegang teguh prinsipnya, tidak hanya sebagai penegak hukum saja. Tapi, juga dalam kehidupan sehari-harinya.
Mobil Pertama
Syahdan, suatu hari Baharuddin Lopa bercakap-cakap dengan istrinya. Tabungan mereka sudah cukup untuk membeli sebuah mobil.
Maka datanglah ia ke distributor mobil di Makassar. Sang Dirut langsung menemuinya. Sebagai pejabat publik, tentunya mobil berkelas yang diinginkan. Begitulah yang terbersit dalam pikiran sang Dirut.
Ia pun menawarkan mobil termahal seharga 100 juta rupiah.
"Mahal sekali, ada yang murah?" tanya Lopa.
Sang Dirut lantas menawarkannya mobil kedua termahal seharga 60 juta rupiah.
"Masih terlalu mahal."Sahut Lopa.