Nyatanya hanya 30% wanita yang berhasil merasakan orgasme dengan senggama. Sisanya menemukan caranya sendiri melalui proses rangsangan bervariasi pada tubuhnya.
Seorang penulis harus menyadari bahwa tidak semua tulisannya bisa memuaskan semua orang. Tulisan yang bagus kadang dinilai receh, tulisan ecek kadang disambut serius. Orgasme tidak harus melalui hasil tulisan, proses menulis adalah rangsangan bagi diri untuk mencapai kepuasan sejati.
Selain itu banyak yang menyangka bahwa orgasme selalu bisa disadari. Tanda-tanda penyerta seperti napas yang tersengal-sengal, suara, atau gerakan tubuh kadang tidak timbul. Mengalami orgasme yang sesungguhnya adalah munculnya perasaan nyaman dan rileks yang hanya dapat dirasakan oleh pribadi masing-masing.
Kepuasan Seks Bukan Tanggung Jawab Pasangan
Katanya jika wanita tidak orgasme, maka itu adalah kesalahan lakinya. Katanya juga lelaki yang tidak bergairah, karena wanitanya tidak cukup seksi. Omong kosong! Yang bertanggung jawab terhadap kepuasaan seks yang hebat hanyalah dirimu sendiri.
Dengan kata lain, jika kita sudah membuat karya literasi, maka kepuasan hanya bergantung dari isi hati kita. Untuk itu, buatlah karya tulis yang bagus yang berawal dari hati.
Jika pada akhirnya hasilnya tidak langsung mendapatkan respon yang memuaskan, janganlah dulu terlalu kecewa. Cobalah lihat artikelmu yang usianya sudah lebih dari setahun di Kompasiana. Kamu akan sangat terkejut melihat jumlah pembacanya.
**
Pada akhirnya hubungan seksual bukan hanya mencapai orgasme. Harus diakui bahwa orgasme adalah hal yang sulit dipahami. Ia lebih dari hanya sekedar erangan erotis, wajah melankolis atau gerakan anarkis. Cinta dan kasih sayang yang dirasakan melebihi segalanya.
Kesetiaan pada literasi alias konsistensi dalam menulis adalah orgasme literasi yang sesungguhnya. Â