"Kalau kamu menelan pil biru, usailah kisahnya, kamu terbangun di ranjang dan mempercayai apapun yang kamu ingin percaya."
"Kalau kamu menelan pil merah, kamu tetap berada di Wonderland, dan saya akan menunjukkan kepadamu betapa dalamnya lubang sarang kelinci itu."
Unsur Politik Praktis
Pandangan Dodgson terhadap Ratu Victoria tidak terlalu jelas, meskipun sang Ratu menyenangi bukunya. Banyak pengamat yang menghubungkan kisah pada "Alice in Wonderland" ini sebagai bentuk pandangan politik Dodgson sendiri.
Sistem hukum yang kacau balau pada zaman Ratu Victoria dilambangkan dengan suasana aneh tempat Alice terdampar. Dalam kisah juga disebutkan bagaimana Alice mendulang bencananya sendiri ketika mencoba memaksakan nila-nilainya sendiri kepada kaum pribumi. Menurut pengamat, hal ini dikiaskan sebagai protes Dodgsong terhadap proses kolonialisme di zaman Victoria.
Latar belakang Dodgson membuat dirinya adalah seorang yang logis. Namun, Wonderland adalah dunia yang penuh dengan hal-hal yang tidak logis. Dan mungkin pesan terpenting Dodgson bagi generasi mendatang adalah;
Dunia adalah tempat yang edan, dan semua harapan hanya akan membawa frustasi. Dengan begitu banyaknya teori, pada akhirnya kita akan bingung seperti Alice.
Namun, menurut penulis, Dodgson hanyalah seorang visioner pencinta anak kecil. Ia sama sekali tidak bermaksud untuk menyelundupkan kampanye negatif ke dalam otak anak kecil.
Adalah para pengamat ambisius dan kritikus yang telah berubah menjadi politikus dengan mengungkapkan semua teori misterius ini. Sebagaimana ungkapan Dodgson dalam kutipannya;
"If everybody minded their own business, the world would go around a great deal faster than it does."
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!