Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Orang Bijak Minum Jamu, Orang Hebat Baca Jampi, Orang Pintar Pakai Jimat

24 Januari 2021   13:29 Diperbarui: 24 Januari 2021   13:46 1662
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar relief obat herbal di salah satu candi di Indonesia (sumber: kumparan.com)

Perkembangan istilah ini disebabkan karena dulunya, ahli pengobatan tradisional atau dukun selalu membaca doa yang dimohonkan kepada Tuhan YME sebelum memberikan ramuan untuk menyembuhkan penyakit.

Itulah mengapa sebagian masyarakat memandang Jamu sebagai hal klenik yang berbau mistis. Padahal jika ditelaah lebih jauh, doa pada jamu yang berasal dari herbal dan ekstrak alami ini hanyalah unsur pelengkap.

Bukankah sangat manusiawi jika berdoa untuk memohon pertolongan kepada Tuhan YME?

Foto Penjual Jamu Tempo Dulu (sumber: surabayastory.com)
Foto Penjual Jamu Tempo Dulu (sumber: surabayastory.com)
Kini Mpok penjual jamu sudah tidak lagi ditemukan di seputaran Kota Makassar. Di zaman penulis masih kecil dulu, masih banyak yang berkeliaran. Bakul yang berisi botol-botol jamu digendong dengan penuh semangat. Jamu gendong memang tidak bisa terlepas dari sejarah jamu itu sendiri.

Sejarah mencatat bahwa perkembangan meracik jamu kental dengan kalangan istana. Kala itu, jamu hanya diracik bagi keluarga kerajaan. Pengenalan jamu ke luar keraton diperkirakan terjadi pada akhir Kerajaan Majapahit dan berlanjut pada kerajaan-kerajaan sesudahnya.

Pada awalnya, jamu juga hanya dibuat oleh mereka yang memiliki keahlian khusus turun-temurun saja. Orang-orang pintar ini tidak banyak jumlahnya dan pada umumnya hanya terkonsentrasi di seputaran lingkar istana saja.

Distribusi pengobatan tradisional tidak bisa dilakukan sampai ke pelosok desa. Masyarakat yang tinggal jauh dari orang pintar tersebut kemudian membutuhkan perantara.

Orang yang diberikan kepercayaan untuk sistem distribusi kemudian menciptakan peluang ekonomi baru dengan sistem barter. Jamu yang ditukar dengan bahan makanan sangat menguntungkan kedua belah pihak.  

Lama kelamaan, distribusi jamu ke pinggiran menjadi rutin. Pada perkembangan berikutnya, penjualan jamu di desa-desa dilakukan secara berkeliling.

Pada tahap selanjutnya, masyarakat desa tidak lagi memerlukan jasa orang pintar. Agar praktis, mereka lantas mengelola jamunya sendiri, berdasarkan resep yang diperoleh dari sang orang pintar.

Resep ini terbukti ampuh dan disebarkan dari mulut ke mulut, sehingga semakin banyak orang yang mengetahuinya. Di sinilah merupakan awal perkembangan industri jamu di pedesaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun