Jika dikelola dengan baik, hal ini bisa menjadi sebuah karya yang inspiratif. Bisa pula menjadi sebuah kesempatan baru yang menyenangkan bagi kehidupan di masa tua kelak. Namun jika tidak dikelola dengan baik, maka timbullah stigma-stigma negatif tentang krisis puber kedua yang selama ini beredar di masyarakat.
Baca juga: "Saya Korban Puber Kedua, Bagaimana dengan Kamu?"
Namun indikator negatif pada Life Ending Code atau Angka Kedewasaan, bukanlah sebuah kutukan yang memerlukan perubahan nama.
Mari kita ulik logikanya bersama-sama;
Pertama, apakah manusia yang sudah memiliki takdir tertentu dalam hidupnya, lantas tidak punya hak untuk mengubahnya?
Kedua, apakah perubahan nama langsung bisa membawa perubahan nasib?
Ketiga, apa defenisi kehidupan yang jelek? Tidak punya uang? Tidak punya kemahsyuran? Sering sakit-sakit? Belum dapat jodoh? Mati? Ayolah, hidup mah dibawa santai saja.
Tahu tidak mengapa diriku membayar 25 juta? Karena itu adalah nama yang paling luar biasa ampuh, yang ampuh nilainya 15 juta, dan yang setengah-setengah ampuh hanya 8 juta saja.
Jadi jika nama memiliki harga bertahap, maka sebagai Numerolog yang berkehendak penuh membantu sesama, mending aku gratiskan saja. Karena pencarian nama yang terbaik tidak menggunakan waktu atau usaha yang berbeda dengan yang baik atau setengah-setengah baik. Â Â
Lagipula teoriku juga lebih sederhana. Ketidakharmonisan tanggal lahir dan nama memang membawa konflik batin yang tak berkesudahan. Tanggal lahir mewakili takdir yang tak dapat berubah, sementara Nama mewakili nasib yang bisa berubah seiring dengan perubahan-perubahan kecil dalam diri.
Tanggal lahir adalah pemberian Tuhan, sementara Nama adalah pemberian orangtua atau orang yang dituakan. Mengubah nasib hanya bisa dilakukan dengan mengubah sikap. Nama yang berubah untuk nasib baik, hanyalah sebuah filsafat yang mencetuskan:Â Jangan pasrah pada nasibmu.