Dalam Numerologi, ada istilah Angka Kedewasaan yang merujuk kepada midlife crisis ini. Angka tersebut akan menghasilkan sembilan kemungkinan angka (1-9) dan dua indikator (positif dan negatif). Penulis akan membahas mengenai hal ini pada sebuah artikel khusus.
Akan tetapi filsafat Angka Kedewasaan yang perlu diketahui terlebih dahulu, adalah terlepas dari berbagai kemungkinan sikap seseorang memaknai perubahan pada dirinya (yang diwakili angka 1 hingga 9), ada dua output yang harus disikapi (indikator positif dan negatif).
Tidak semua orang bisa menyikapi usia paruh waktu dengan bijak. Ketika berada di persimpangan jalan perubahan, manusia yang ingin menjadi berbeda akan cenderung memilih dua jalan pilihan.
Jika dikelola dengan baik, hal ini bisa menjadi sebuah karya yang inspiratif. Bisa pula menjadi sebuah kesempatan baru yang menyenangkan bagi kehidupan di masa tua kelak. Namun jika tidak dikelola dengan baik, maka timbullah stigma-stigma negatif tentang krisis puber kedua yang selama ini beredar di masyarakat.
Jangan biarkan diri untuk menyesali apa yang sudah terjadi. Jika dibiarkan berlanjut, maka hanya hal-hal negatif yang akan datang menghampiri.
Mispersepsi Tentang Puber Kedua
Pertama. Sekali lagi puber kedua bukanlah istilah medis atau psikologis. Ia bukan pula penyakit fisik atau gangguan jiwa. Jika ditangani dengan baik, maka akan menjadi sebuah kekuatan. Sebaliknya, jika krisis ini tidak disikapi dengan bijak, maka tidak tertutup kemungkinan akan menimbulkan depresi atau gangguan mental lainnya.
Kedua. Bahwa perselingkuhan adalah penyebab dari puber kedua juga adalah hal yang salah. Sebagian orang yang mencari jati dirinya mungkin menjadikan seks sebagai pelarian. Namun itu hanyalah sebagian saja. Tidak jarang juga ada yang melampiaskannya ke dalam bentuk spiritual demi mendapatkan ketenangan dari gejolak batin di masa puber kedua.
Ketiga. Secara umum memang usia 35 hingga 45 tahun adalah yang paling rentan. Akan tetapi peristiwa besar yang mampu mengubah jalan hidup seseorang tidak memandang usia. Â
Keempat. Puber kedua adalah perubahan dalam diri yang berhubungan dengan krisis terhadap sesuatu yang spesifik dalam kehidupan. Biasanya merupakan peristiwa besar yang tidak menyenangkan, seperti kematian orang dekat, kehilangan pekerjaan, atau penyakit serius.
Namun demikian, peristiwa-peristiwa besar yang menyenangkan, seperti kesuksesan usaha, menikah, mendapatkan momongan baru, atau lonjakan karir di perusahaan, juga bisa merupakan penyebab terjadinya perubahan gejolak emosi seseorang menjadi seperti yang digambarkan sebagai puber kedua.
"Saya sudah mengalami masa puber kedua, bagaimana dengan kamu?"