Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Beauty Pilihan

Hai Milenial, Thrifting itu Sudah Ada Sejak Zaman Buyutmu

2 Desember 2020   06:30 Diperbarui: 2 Desember 2020   06:36 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nah, sayangnya model baju yang mereka kenakan tidak bisa ditemukan pada toko-toko yang menjual baju baru. Para penggemar Kurt Cobain harus berburu barang yang mirip dengan pujaannya pada toko thrift shop. Istilahnya semakin sobek, semakin mirip mereka dengan Grunge Look.

2000an: Era Baru Thrifting

Ilustrasi Thriftshop online (sumber: youtube.com)
Ilustrasi Thriftshop online (sumber: youtube.com)
Saat ini barang bekas sudah tidak hanya berhubungan dengan donasi saja. Ia sudah bertransfromasi menjadi sebuah industri raksasa. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh IBISWorld, nilai dari bisnis thrift store sudah mencapai 14,4 miliar US Dollar.

Yang membedakan thrifting di zaman sekarang adalah penggabungan antara bekas dan unik. Konsep bekas memang menjadi incaran karena harganya yang murah. Akan tetapi keunikan dari barang-barang jadul yang sudah tidak lagi diproduksi bisa membuat nilai thrifty naik, karena menjadi barang yang jarang ditemukan di pasar, alias tidak pasaran.

Perkembangan online shop juga turut membantu perkembangan pada era baru thrifting. Para influencer yang memiliki jutaan followers sudah tidak malu-malu lagi mengenakan pakaian bekas yang keren. Akses tanpa batas dunia maya, membuat perburuan thrifty menjadi sangat mendebarkan. Hal ini jelas menumbuhkan kebanggaan sendiri dari para milenial.

Bagaimana dengan Indonesia?

Jadi kalau melihat semangat yang terkandung dalam thrifting, maka sebenarnya ini bukanlah tren, tapi budaya. Sebabnya sejak zaman Belanda dulu, buyut kita sudah sering blusukan di pasar loak.

Ilustrasi Pasar Loak (sumber: kompas.com)
Ilustrasi Pasar Loak (sumber: kompas.com)
Secara defenisi, pasar loak adalah jenis pasar yang berisikan para pedagang dan penjual yang ingin menjual, membeli, atau membarter barang bekas pakai yang berkualitas tinggi dengan harga yang layak.

Akan tetapi, di dalam pasar loak banyak juga ditemukan pedagang yang menjual sayuran, daging, hingga kebutuhan sehari-hari. Pasar ini bisa berada di tempat lapang temporer atau lokasi permanen.

Hingga kini keberadaan pasar loak di Indonesia masih ada. Beberapa yang terkenal di antaranya adalah Pasar Tiwindu (Solo), Pasar Senen (Jakarta), Pasar Gedebage (Bandung), Pasar Gembong Tebasan (Surabaya) dan Pasar Loak Veteran (Makassar).

Penulis masih mengingat bagaimana engkong terlihat sangat senang jika berhasil mendapatkan barang yang diinginkan pada saat setiap kali berbelanja di pasar loak. Lebih tepatnya, bagaimana wajah emma kusut terlihat menyambut kegembiraan engkong. 

Tidak bisa dipungkiri, kegiatan yang dilakukan oleh engkong zaman dulu masih merupakan aktivitas bagi banyak orang di Indonesia. Jadi para milenial yang bangga dengan istilah thrifting, jangan terlalu senang dulu, karena sebenarnya itu sudah dilakukan oleh kakek nenek kamu berpuluh-puluh tahun yang lampau. Nama bisa keren, thrifting, tapi bahasa Indonesianya sebenarnya adalah loakan.

Referensi: 1 2 3 4

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun