Nah, sayangnya model baju yang mereka kenakan tidak bisa ditemukan pada toko-toko yang menjual baju baru. Para penggemar Kurt Cobain harus berburu barang yang mirip dengan pujaannya pada toko thrift shop. Istilahnya semakin sobek, semakin mirip mereka dengan Grunge Look.
2000an: Era Baru Thrifting
Yang membedakan thrifting di zaman sekarang adalah penggabungan antara bekas dan unik. Konsep bekas memang menjadi incaran karena harganya yang murah. Akan tetapi keunikan dari barang-barang jadul yang sudah tidak lagi diproduksi bisa membuat nilai thrifty naik, karena menjadi barang yang jarang ditemukan di pasar, alias tidak pasaran.
Perkembangan online shop juga turut membantu perkembangan pada era baru thrifting. Para influencer yang memiliki jutaan followers sudah tidak malu-malu lagi mengenakan pakaian bekas yang keren. Akses tanpa batas dunia maya, membuat perburuan thrifty menjadi sangat mendebarkan. Hal ini jelas menumbuhkan kebanggaan sendiri dari para milenial.
Bagaimana dengan Indonesia?
Jadi kalau melihat semangat yang terkandung dalam thrifting, maka sebenarnya ini bukanlah tren, tapi budaya. Sebabnya sejak zaman Belanda dulu, buyut kita sudah sering blusukan di pasar loak.
Akan tetapi, di dalam pasar loak banyak juga ditemukan pedagang yang menjual sayuran, daging, hingga kebutuhan sehari-hari. Pasar ini bisa berada di tempat lapang temporer atau lokasi permanen.
Hingga kini keberadaan pasar loak di Indonesia masih ada. Beberapa yang terkenal di antaranya adalah Pasar Tiwindu (Solo), Pasar Senen (Jakarta), Pasar Gedebage (Bandung), Pasar Gembong Tebasan (Surabaya) dan Pasar Loak Veteran (Makassar).
Penulis masih mengingat bagaimana engkong terlihat sangat senang jika berhasil mendapatkan barang yang diinginkan pada saat setiap kali berbelanja di pasar loak. Lebih tepatnya, bagaimana wajah emma kusut terlihat menyambut kegembiraan engkong.Â
Tidak bisa dipungkiri, kegiatan yang dilakukan oleh engkong zaman dulu masih merupakan aktivitas bagi banyak orang di Indonesia. Jadi para milenial yang bangga dengan istilah thrifting, jangan terlalu senang dulu, karena sebenarnya itu sudah dilakukan oleh kakek nenek kamu berpuluh-puluh tahun yang lampau. Nama bisa keren, thrifting, tapi bahasa Indonesianya sebenarnya adalah loakan.