Tulisan ini berdasarkan ide yang kutuangkan sebagai tulisan pertama di Blog Kompasiana. Lumayan kacau, kaku tanpa kenthirisme, dan galau tanpa romantisme.
Tak terasa 12 bulan telah berlalu dan pada hari ini, tepat setahun saya eksis sebagai kontributor yang lumayan aktif di blog keroyokan ini. Semua berlalu dengan cepat, jari mengetik dengan cermat, dan kebersamaan dijalani dengan nikmat.
Hingga kini saya telah memroduksi 446 artikel plus 9 yang kuhapus, dan 1 yang kehapus akibat jiplak halus. Sehingga secara total saya berhasil mengumpulkan kurang lebih 457 artikel. Lumayanlah untuk penulis yang baru aktif menulis setahun belakangan.
Vote pertama saya dapatkan dari sahabat Kompasianer Darwin M Kom CPS. Ia termasuk salah satu yang paling getol mengajakku bergabung di Kompasiana, meskipun kini sudah sangat jarang menulis lagi. Komentar pertamaku datang dari Leya Cattleya, duhai gembiranya. Ahayyy...
Tiada arti khusus bagi angka yang ke 447, semuanya berjalan dengan normal seiring waktu yang datang menyoal. Sebagai seorang Numerolog, saya memang banyak berfokus kepada ilmu Numerologi. Namun jika itu dipertahankan, maka jelas hasil tulisan tidak akan sebanyak ini.
Saya pun belajar dari tulisan seluruh kawan Kners. Ternyata mereka adalah penulis yang sangat produktif dan lihai mengangkat tema-tema yang menarik. Semua adalah sahabat dan sekaligus guruku. Sungguh suatu kegembiraan dapat berkenalan dengan kalian semuanya.
Baca juga: White Suhu Black Suhu, Romo Bobby yang Romantis dan Felix Tani yang Anarkis
Bergabung di K memiliki segudang kegembiraan. Hadiah pertama bagiku adalah centang biru yang kudapatkan pada tanggal 15 May 2020. Hari yang bersejarah, karena secara resmi saya masuk sebagai golongan penulis yang sering kena gosong dari Tante Virus.
Kompasianival 2020 sungguh membawa berkah. Terpilih menjadi salah satu nominee Kompasiana Awards di ajang bergengsi ini, benar merupakan suatu hal yang tidak terduga. Namun sejujurnya, hingga kini saya belum merasakan diri sebagai penulis hebat.
Akhir-akhir ini saya mendapatkan banyak like, komen, dan juga followers baru. Jika dilirik, wajah mereka masuk ke dalam kategori milenial. Setelah mengunjungi balik, tulisannya tidak kalah mencengangkan, kualitasnya bernas, isinya cerdas, dan idenya cergas.
Akan tetapi, ada yang mengganjal disini. Di balik wajah yang intelek, banyak yang mengaku sebagai "penulis pemula." Banyak juga yang minta petunjuk, karena katanya sih, "baru belajar menulis."