Mohon tunggu...
Acek Rudy
Acek Rudy Mohon Tunggu... Konsultan - Palu Gada

Entrepreneur, Certified Public Speaker, Blogger, Author, Numerologist. Mua-muanya Dah.

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Melunasi Utang dengan Cara yang Tidak Masuk Akal

28 November 2020   13:43 Diperbarui: 29 November 2020   04:59 1374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sesungguhnya energi tersebut sangat berhubungan dengan manusia yang berakal budi. Walaupun demikian, hubungan timbal balik antara manusia dan apapun yang memiliki energi juga tidak bisa dipandang sebelah mata. 

Apakah Anda setuju jika benda mati yang disayangi, biasanya lebih awet? Iya tentu, karena ia mendapatkan prioritas perlakuan dari pemiliknya.

Menganut kepada azas kepercayaan yang tidak harus dipercayai ini, Herwiratno menganjurkan beberapa cara untuk melunasi utang, meskipun belum punya uang untuk melunasinya.

Niatkan untuk Membayar Utangmu
Jangan pernah menghindar jika utang ditagih. Memang tidak enak rasanya dimaki-maki oleh sang penagih utang. Namun itu adalah kenyataan hidup yang harus dihadapi.

Menyangkal fakta dengan mencurangi kenyataan hanya akan menimbulkan penderitaan. Seorang kawan yang tegar pernah mendapatkan telpon dari lembaga keuangan yang ia pinjami. 

Berulang kali menderita pahitnya makian, tak pernah membuat dirinya menghindari kenyataan. Akhirnya seseorang yang ramah dari seberang sana, memberikannya fasilitas diskon 50% dan cicilan selama dua tahun.

Sementara kawan yang satu lagi, selalu menghindari di saat utang sudah jatuh tempo. Apa yang terjadi tidak pernah disangka-sangka. Kepala cabang dari lembaga keuangan yang ia pinjam, ternyata adalah calon ayah mertuanya.

Percayalah, sepanjang kamu masih berniat untuk membayar utang, maka ia akan menemukan jawabannya sendiri. Jangan pernah menghindar.

Sayangilah Utangmu
Di saat Tuan Takur sudah datang menagih, kepala pusing tujuh keliling. Keringat berkucuran di tengah guyuran hujan, tempe mendoang rasanya menyisakan kepahitan, dan seribu satu perasaan di hati yang bikin pusing pala berbi.

Mari kita balik perspektifnya dan mundur di saat Tuan Takur yang kaya raya setuju untuk meminjami uang padamu. 

Rasanya bagai memenangkan loteri. Mengapa tidak menjaga perasaan itu? Sulit? Tidak, sepanjang disyukuri. Toh pada poin pertama sudah ada niat kan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun